21

174K 10.5K 874
                                    

Samuel Anderson adalah rivalnya dari dulu. Dulu mereka pernah menjalin kerjasama, namun karena suatu hal Saka memutuskan kerjasama mereka. Karena tak terima akhirnya Sam terus berusaha untuk menjatuhkan perusahaannya. Namun semua itu sia-sia karena Saka jelas lebih cerdik darinya.

Saat ini Saka mengerahkan anak buahnya untuk menangkap semua anak buah Samuel, lalu setelah itu baru-lah ia memberi pelajaran pada laki-laki itu.

Pagi ini ia memutuskan akan pulang setelah semalaman ia mengurusi masalah ini. Semalaman yang penuh dengan emosi benar-benar menguras tenaganya. Apalagi ditambah emosi karena Selina membuatnya benar-benar tak terkendali.

••••••••

Baru saja Selina membuka pintu kamar ternyata bertepatan dengan Saka yang akan membuka pintunya juga. Laki-laki itu baru pulang setelah semalam tidak pulang. Yang dirinya dengar dari ayah mertuanya, dia sedang ada urusan di kantor.

Selina menyingkir ke samping memberi jalan laki-laki itu agar segera masuk. Namun hingga beberapa detik berlalu, laki-laki itu tetap berdiri menjulang di depan pintu.

"Kamu tidak masuk?" Sebenarnya dirinya juga akan keluar secepatnya kalau saja laki-laki itu tidak menghalangi pintu.

"Kalau begitu aku yang keluar dulu, bisa menyingkir sebentar?" Ucapnya lagi saat tak mendapati jawaban dari lawan bicaranya.

Saka tetap diam pada tempatnya, tatapan laki-laki itu lurus menatap wanita didepannya yang terlihat kecil karena tubuhnya yang hanya tinggi sebatas dadanya.

Selina yang merasa diperhatikan menjadi takut sendiri. Takut-takut jika laki-laki ini berbuat seperti semalam.

"Kamu masih bisa mendengar kan?" Lama-lama ia kesal sendiri karena sedari tadi hanya dirinya saja yang berbicara. Berdecak kesal lantas ia nekat saja hendak keluar menerobos laki-laki itu yang berdiri seperti patung.

Setelah berhasil keluar, dengan cepat ia berlari kecil untuk menghindari jika saja laki-laki itu berbuat sesuatu.

••••••••

Setelah membersihkan diri, Saka segera turun ke bawah untuk bergabung dengan semuanya. Hari ini adalah hari minggu. Meskipun biasanya ia pergi ke kantor setiap hari bahkan hari libur sekalipun, namun kali ini tidak. Energinya benar-benar terkuras habis semalam.

Saat sampai dibawah, matanya langsung menajam saat melihat pemandangan yang membuatnya kembali merasakan amarah.

Berusaha bersikap santai, lantas ia mendekati kedua manusia yang sedang saling melemparkan senyum dan tawa itu.

"Sekali murahan tetap murahan."

Keduanya menoleh saat mendengar suara dari belakang mereka. Saat ini mereka sedang berada di ruang keluarga. Tadi tidak hanya mereka yang berada di sini. Tadi setelah sarapan, mereka semua memutuskan untuk duduk sebentar hanya untuk bersantai mumpung hari ini hari minggu. Namun tak lama semuanya sudah pergi dengan kegiatannya masing-masing. Akhirnya hanya menyisakan mereka berdua yang masih setia berbincang-bincang.

"Jaga mulutmu Saka!" Raka langsung menyahut, laki-laki itu berdiri dari duduknya, matanya melirik ke arah Selina yang tidak menampilkan ekspresi apapun.

"Memang benar kan?"

"Kamu tidak pantas berkata seperti itu!"

Kedua laki-laki itu saling melemparkan tatapan tajam.

"Sudah cukup." Selina berusaha menghentikan mereka. "Lebih baik Mas Raka pergi dulu. Biar aku yang bicara."

Raka melirik Selina memastikan, setelah mendapat anggukan dari wanita itu, ia memutuskan pergi dari sana.

SELINA [TERBIT]Onde histórias criam vida. Descubra agora