27

174K 12.9K 1K
                                    

Operasi Clarissa berjalan dengan lancar. Bayi yang berjenis kelamin laki-laki itu telah lahir dengan sehat tanpa kurang suatu apapun.

Meskipun kandungannya lemah, namun bayi Clarissa lahir dengan sehat. Karena memang sebelum jatuh, kandungan dia baik-baik saja. Namun katanya jika tadi tidak segera dilahirkan malah akan membahayakan keduanya. Jika dihitung, usia kandungan Clarissa masih belum genap sembilan bulan. Mungkin masih ada sekitar dua minggu lagi dari perkiraan hari lahirnya.

Selina baru mengunjungi rumah sakit setelah sehari kemudian. Kemarin tidak sempat karena ia pikir Clarissa masih perlu beristirahat pasca operasi. Kemarin juga bayinya masih ditempatkan di ruang bayi. Namun sekarang, sudah bisa ditempatkan bersama Ibunya.

Seperti biasa keheningan selalu mengisi perjalanan mereka berdua. Saka yang fokus pada jalanan di depannya dan Selina yang sibuk dengan pikirannya.

Tak butuh waktu lama, mereka telah sampai. Mereka beriringan berjalan di koridor rumah sakit dengan Selina yang mambawa hadiah berupa baju-baju bayi dan pretelan lainnya yang terlihat cantik karena dihias dengan pita-pita.

Setelah menemukan kamar rawat Clarissa, Selina mengetuk pintu terlebih dahulu lalu membukanya.

Disana cukup ramai, ada Ibu mertuanya dan Kania serta ada kedua paruh baya yang Selina yakini adalah orang tua Clarissa.

Saat membuka pintu tatapan semua orang langsung tertuju kepadanya. Selina tersenyum tak enak hati, karena merasa mengganggu pembicaraan mereka. Rasanya benar-benar canggung sekali saat semua orang langsung terdiam begitu ia masuk.

"Permisi,"

"Silahkan masuk Sel."

Selina berjalan mendekati brankar Clarissa, lalu meletakkan hadiah yang ia bawa ke atas nakas sebelah brankar.

"Kenapa harus repot-repot Sel? Kamu datang saja aku sudah senang. Makasih ya."

Selina menggeleng, "Nggak repot sama sekali Cla."

"Gimana keadaan kamu?" Tatapan Selina beralih menatap bayi kecil dalam gendongan Clarissa.

"Seperti yang kamu lihat, aku sudah baik-baik saja."

Selina berjalan lebih mendekat, lalu tangannya menyentuh pipi bayi kecil itu dengan lembut, "Hai ganteng, namanya siapa?"

"Namanya Arga, Tante." Jawab Clarissa seperti menirukan suara anak kecil.

Putra Clarissa memang sudah diberi nama. Namanya adalah Arga Reano Erlangga. Arka sendiri yang memberinya nama pada putra pertama mereka.

"Wah bagus banget namanya." Selina tersenyum merasakan kebahagiaan mereka.

"Makasih, Tante."

"Kamu mau gendong?" Clarissa menatap wajah Selina, lalu dirinya terkejut saat melihat mata Selina yang berlihat berkaca-kaca.

Selina mengusap sudut matanya yang berair, lalu menggeleng, "Aku tidak akan lama. Lain kali boleh aku menggendong Arga?"

Meskipun matanya berkaca-kaca namun bibir Selina tetap menampilkan senyumnya.

Tanpa ragu Clarissa mengangguk, "Tentu, kapanpun kamu bisa menggendongnya."

"Kalau begitu aku permisi ya," Pandangan Selina menatap orang tua Clarissa dan Ibu mertuanya, "Saya permisi Om, Tante, Mama."

"Kenapa buru-buru?"

Selina tersenyum pada Ibu Clarissa yang bertanya, "Ada urusan sebentar Tante."

Selina merasakan kedua orang tua Clarissa adalah orang yang baik. Seharusnya mereka tau kan siapa dirinya? Apalagi ia datang juga bersama Saka. Namun mereka berdua sama sekali tidak menunjukkan ketidaksukaannya pada dirinya. Mereka sekeluarga memang keluarga yang sangat baik. Ia menyesal telah melukai mereka.

SELINA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang