39

176K 13.3K 1.1K
                                    

Setelah kurang lebih satu minggu berada di rumah kediaman Erlangga, akhirnya hari ini Saka dan Selina memutuskan untuk pulang ke rumah mereka. Tante Rana dan Tante Yumi serta keluarga mereka juga sudah kembali dari kemarin di karenakan suami mereka harus bekerja.

Hari ini setelah sampai di rumah, Selina berencana akan menemui Gea. Untung saja Saka pergi ke kantor setelah mengantarnya pulang. Jadi ia tidak perlu merasa terkurung lagi di rumah karena kebosanan.

Beberapa hari ini selama kedua tangannya masih terluka, Saka selalu melarangnya untuk pergi bekerja. Laki-laki itu selalu mengatakan kalau ia tidak mungkin bisa bekerja dengan baik saat tangannya yang masih sakit. Memang masih perih, namun ia masih bisa menggunakan laptopnya untuk bekerja. Tingkah Saka yang sangat berlebihan membuatnya benar-benar geram, padahal ia sendiri merasa baik-baik saja. Beruntungnya sekarang luka pada kedua tangannya sudah mengering, mungkin butuh beberapa hari lagi sampai bekasnya menghilang.

Setelah sampai di cafe tempat janjinya dengan Gea, lantas Selina langsung masuk ke dalam dan mencari keberadaan sahabatnya itu. Gea sudah menghubunginya mengatakan bahwa dia telah sampai.

Selina berjalan ke arah meja yang berada di pojok saat menemukan Gea yang melambaikan tangannya.

"Hai, Ge." Selina memeluk Gea sebentar lalu mengelus perut Gea yang sudah membuncit, "Halo, baby."

"Halo, Tante Selin." Gea terkekeh sembari menjawab dengan suara yang dibuat seperti anak kecil.

Lantas Selina duduk di kursi yang berseberangan dengan Gea. "Baby-nya laki-laki apa perempuan Ge, udah periksa?"

Gea menggelengkan kepalanya, "Kata Mas Alfa nggak usah tau dulu jenis kelamin baby-nya biar surprise. Nggak papa laki-laki atau perempuan yang penting sehat sampai lahiran aja udah bersyukur banget."

Selina tersenyum lalu mengangguk, "Iya, semoga di mudahkan semuanya ya baby dan Mommy Gea."

"Makasih Tante, semoga adiknya Kak Arsyila cepet dateng ya supaya baby ada temennya." Ucap Gea masih dengan menirukan suara anak kecil, tangannya mengusap-usap perutnya pelan.

Gea tak bermaksud untuk membuat Selina sedih dengan mengatakan itu. Justru dirinya ingin menghibur sedikit agar sahabatnya tak terlarut-larut dalam kesedihannya. Ia tau meskipun sulit mengikhlaskan, namun setidaknya sahabatnya juga harus memikirkan kesehatannya. Jika dia selalu bersedih maka itu sangat mempengaruhi kesehatan mental dan jiwanya.

Selina hanya tersenyum menanggapinya. Berharap semoga doa Gea tidak didengar oleh Tuhan. Jujur saja, dirinya tidak mau kehadiran Arsyila tergantikan.

"Oh iya, kamu udah pesan minum?" Tanya Selina mengalihkan pembicaraan.

"Udah kok, aku udah pesanin juga sesuai dengan kesukaan kamu. Paling sebentar lagi datang."

Benar saja, tak lama pesanan yang Gea pesan sudah datang. Gea memesan dua minuman dan beberapa menu camilan untuk menemani mereka berbincang. Melihat suasana cafe yang tidak berubah sedari dulu membuat mereka mengingat saat mereka semasa sekolah dulu. Ini adalah tempat favorit mereka saat mengisi waktu luang setelah pulang sekolah atau hanya untuk mengerjakan tugas. Suasana cafe yang terasa tenang membuat siapa saja betah untuk berlama-lama disini.

"Ge, apa aku egois seandainya aku pergi dari sini?" Selina membuka pembicaraan serius saat mereka sudah selesai berbincang-bincang ringan.

"Terkadang aku merasa kalau aku sangat egois jika aku meninggalkan semua kekacauan yang sudah aku perbuat."

"Tapi aku juga perlu ketenangan hati dan pikiranku. Kepergian Arsyila benar-benar merengut separuh jiwaku. Aku merasa tidak ada tujuan lagi untuk menjalani hidup. Semuanya terasa hambar untukku." Selina berkata lirih, matanya kembali berkaca-kaca saat mengingat Arsyila.

SELINA [TERBIT]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz