20

176K 10.6K 486
                                    

Brukkk

Karena terlalu fokus menoleh ke belakang tak memperhatikan jalan didepannya, Selina menabrak seseorang yang baru sampai di atas tangga, untungnya mereka tidak jatuh.

Selina terkejut, lalu menolehkan kepalanya, "M-mama? M-maaf Ma, saya tidak sengaja."

Sania pun tak kalah terkejut, namun ia tak memperdulikan itu, yang menjadi fokusnya saat ini adalah penampilan menantunya ini. Rambut dan pakaian yang terlihat acak-acakan serta bibirnya yang sedikit... membengkak? Apa yang terjadi?

"Kamu kenapa? Ada apa?"

Seakan tersadar lantas Selina merapiran rambut dan bajunya. "Tidak papa, Ma."

"Kalau begitu saya permisi." Segera Selina pergi dari sana. Kamar mandi yang sekarang menjadi tujuannya utamanya.

Sania menatap menantunya heran, lalu tatapannya beralih ke pintu kamar putranya yang terbuka. Segera ia melangkahkan kakinya kesana.

Pintu kamar yang terbuka membuatnya melihat apa yang di dalam tanpa harus memasuki kamar itu. Tidak ada yang aneh sebenarnya, dirinya melihat Saka yang terlentang di atas ranjangnya.

Karena penasaran Sania segera masuk ke dalam, "Saka, tadi Mama nggak sengaja lihat Selina, dia kenapa?"

Saka bangkit dari posisinya yang terlentang, "Bukan apa-apa Ma."

Meskipun tak puas dengan jawaban Saka, Sania tetap mengangguk. "Yasudah, kamu mandi dulu, Mama tunggu di meja makan." Ucap Sania lalu keluar.

Niat hati ia pergi ke atas untuk memanggil mereka makan malam malah membuatnya mendapati menantunya yang aneh.

Saka segera melangkahkan kakinya menuju kamar mandi. Dirinya memang harus mandi untuk meredam gairahnya yang tiba-tiba memuncak. Dirinya tidak bisa mengendalikan diri lagi saat sedang dikuasai gairah dan amarah.

Beberapa menit kemudian ia keluar dengan kaos putih dan celana pendek selutut.

Saat tiba diruang makan di sana semuanya sudah menunggunya. Ia mendudukkan dirinya di sebelah istrinya.

Selina sendiri sudah memperbaiki penampilannya. Dirinya berusaha menutupi bibirnya yang membengkak. Ia terkejut saat melihat pantulan dirinya di cermin yang sudah seperti orang gila tadi. Apalagi sebelum itu dirinya sudah bertemu dengan Ibu mertuanya, lalu apa yang beliau pikirkan saat melihatnya tadi? Sungguh, ia benar-benar malu.

Mereka memulai makannya setelah Davian memimpin.

"Leher Mas Saka kenapa kok merah gitu?" Kania bertanya saat tanpa sengaja melihat leher kakaknya yang memerah keunguan.

Pertanyaan Kania membuat semua pasang mata memperhatikan leher Saka, termasuk Selina.

Selina terlihat memperhatikan, apa itu gigitannya tadi? Sepertinya benar, terbukti ada bekas gigitan diluar kemerahan itu walaupun terlihat samar-samar. Seingatnya ia hanya menggigit kan bukan... menyesap? Kenapa berbekas?

Lalu segera ia meminum air putihnya, tiba-tiba tenggorokannya terasa kering.

"Ini hasil karya istriku,"

uhuk

Selina tersedak saat mendengar jawaban di luar nalar yang keluar dari mulut Saka. Apa yang laki-laki itu ucapkan? Apa dia sudah tidak waras?

"Apa yang kamu katakan?!" Selina berbisik lirih, ia gregetan sendiri jadinya.

Suasana meja makan menjadi hening seketika. Semua yang di sana melebarkan matanya terkejut, mereka tidak menyangka Saka akan dengan gamblang menjawabnya begitu.

SELINA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang