40

197K 13.3K 980
                                    

"Maafkan aku." Gumam Saka lirih.

Pelukan Saka yang erat membuat Selina tak bisa melepaskan diri. Selina hanya diam membiarkan Saka memeluknya sampai laki-laki itu melepasnya sendiri.

Beberapa menit berlalu, Saka tak melepas pelukannya juga. Laki-laki itu semakin mengeratkan pelukannya sembari memejamkan matanya. Selina sampai merasakan pegal karena terlalu lama berdiri dengan menopang tubuh berat Saka.

"Jangan pergi."

Mendengar gumaman dari Saka, Selina mengerutkan keningnya, "Kamu sakit?"

Saka melepas pelukannya, lalu mendudukkan tubuh istrinya di sofa, begitupun dirinya yang duduk di sebelah istrinya. "Aku minta maaf untuk semuanya."

"Aku tau kesalahanku padamu dan putri kita tidak bisa mengembalikan keadaan seperti semula, tapi aku benar-benar minta maaf."

Selina tertegun mendengar permintaan maaf dari Saka. Sebenarnya tidak ingin terlalu percaya, namun ekspresi wajah Saka yang serius membuatnya terdiam, mencoba meresapi apa yang dia katakan.

"Aku sadar, ternyata aku tidak bisa kehilanganmu. Kamu berhasil membuatku melupakan rasa benciku, Selina."

"Sejak kamu tidak lagi peduli padaku, aku merasakan ada sesuatu yang hilang dari hidupku. Awalnya aku menepis jauh-jauh pemikiranku, aku pikir itu hanya rencanamu saja untuk menarik perhatianku."

"Tapi ternyata, sikapmu yang tidak sama lagi itu membuatku semakin merasakan perasaan yang entah aku sendiri tidak tau. Aku merindukan setiap perhatian yang kamu berikan untukku. Aku merindukan kamu yang selalu tersenyum padaku setiap saat."

"Aku selalu berusaha menekankan pada diriku kalau aku tidak mungkin mempunyai perasaan pada seseorang yang aku benci. Tapi nyatanya, semakin aku mengelak, perasaan itu akan semakin berkembang setiap harinya. Sampai pada akhirnya aku benar-benar sadar dan yakin, kalau aku sudah jatuh padamu."

"Aku merasa tidak pantas mengungkapkan semuanya karena sikapku sudah keterlaluan padamu dan putri kita dulu. Tapi semakin lama aku berdiam diri, aku semakin takut kamu akan pergi dariku."

"Aku tidak bisa kehilanganmu seperti kehilangan anak kita."

Selina terdiam mendengar ucapan Saka yang baru pertama kalinya terdengar lembut di telinganya. Tak menyangka Saka akan mengucapkan itu semua. Selama ini ia pikir rasa benci Saka padanya akan terus berlangsung sampai seumur hidup.

"Aku mohon, beri aku kesempatan kedua. Kita mulai semuanya dari awal, ya?"

Saka memandang dalam pada manik mata Selina. Wanita itu masih belum mengeluarkan suaranya sedikit pun. "Kamu mau kan?"

"Kita lupakan masa lalu yang membuat kita terpuruk. Kita mulai dengan hidup yang baru."

Selina masih tak bisa mengeluarkan suaranya. Sejujurnya ada rasa ragu menyelimuti hatinya.

"Saka,"

"A-aku tidak tau." Selina menundukkan kepalanya, matanya berkaca-kaca. "A-aku takut."

Saka menarik Selina pada pelukannya, berusaha menenangkan istrinya yang bergetar karena terisak. "Aku janji tidak akan menyakitimu lagi."

"Kenapa kamu baru menyadarinya setelah anakku pergi?" Masih dengan terisak, Selina memukul dada Saka pelan. "Kenapa kamu mulai menerimanya setelah dia tidak ada?!"

"Aku sakit Saka, aku sakit saat anakku pergi bahkan sebelum aku melihat wajahnya!"

"Hatiku sakit, sampai aku tidak tau harus bagaimana lagi cara untuk mengikhlaskan anakku." Selina memukul dadanya sendiri, berusaha menghalau rasa sesak yang menyelimuti relung hatinya.

SELINA [TERBIT]Where stories live. Discover now