18

159K 9.5K 261
                                    

Setelah perdebatan panjang mereka, akhirnya kemenangan tidak berpihak pada Selina. Titah laki-laki itu sudah mutlak tidak bisa diganggu gugat. Dirinya pun tidak bisa berbuat apa-apa lagi.

Sekarang dirinya dan Saka sudah tiba di kediaman mertuanya.

Kening Selina mengernyit, saat mendapati ada Clarissa di sini juga. Ah mungkin dia juga sedang berkunjung.

"Kalian sudah datang?" Sania mempersilahkan Saka dan Selina untuk duduk terlebih dahulu. Namun Saka langsung masuk ke kamarnya dengan membawa barang-barang nya.

"Kamu sendiri Cla?" Tanya Selina basa-basi, dirinya tidak melihat Arka di sini.

"Iya Sel. Arka masih di kantor."

Selina hanya mengangguk, lalu matanya beralih menatap perut Clarissa yang besar. Jujur saja dirinya masih sering merasa sedih saat mengingat kehamilannya. Setiap malam, biasanya dirinya hanya bisa memandangi foto-nya saat sedang mengandung dulu.

"Em usia kandunganmu sudah berapa bulan, Cla?"

Clarissa tersenyum sembari mengelus perutnya, "Saat ini sudah jalan delapan bulan."

"Sebentar lagi ya kamu melahirkan."

Clarissa mengangguk, "Nggak sabar banget mau ketemu baby."

Sania memperhatikan keduanya, seperti tidak percaya kedua wanita di depannya terlihat baik-baik saja. Menurutnya ini hanya sandiwara Selina yang bersikap baik pada Clarissa saat ada dirinya. Biasanya, jangankan untuk saling berbincang, Selina selalu mencari gara-gara pada Clarissa.

Selina hanya tersenyum tipis, "Yasudah saya permisi ke dalam dulu, Ma."

Melihat Sania sedari tadi hanya diam membuatnya tak enak hati berada di sana. Sepertinya beliau merasa terganggu dengan kehadirannya.

••••••••

Selina tau kenapa Saka kekeh ingin tinggal di sini sementara. Ternyata Clarissa dan suaminya juga tinggal di sini. Kehamilan Clarissa yang mendekati hari persalinan membuat Ibu mertuanya menyuruh mereka tinggal di sini. Beliau takut jika Clarissa akan melahirkan, namun tidak ada orang lain dirumahnya saat Arka sedang bekerja. Kira-kira begitulah yang ia dengar dari cerita Kania.

Jadi kesimpulannya Saka kesini karena ada Clarissa kan?

Sekarang dirinya menyesal ikut ke sini. Kenapa tidak hanya dia saja yang yang tinggal di sini? Padahal dirinya juga bisa tinggal di apartemen.

"Jadi menurut Mbak, aku harus gimana?"

Saat ini Selina sedang berada dikamar Kania, seperti biasa mereka selalu menghabiskan waktu untuk berbincang-bincang saat Selina berkunjung ke sini.

Kania menyukai Selina sebagai teman curhatnya. Selina selalu memberi saran yang pas saat dirinya membutuhkannya.

"Yasudah mending kamu tunggu aja dia ngomong duluan."

"Ihh tapi sampai kapan Mbak? Dia tuh cuek banget."

Selina terkekeh melihat Kania yang cemberut. "Ya gimana, kamu disuruh bilang duluan juga nggak mau."

Kania mengacak-acak rambutnya frustasi, "Ah nggak tau, kesel deh."

"Sudah nggak usah galau. Makin kurus nanti kamu." Selina bangkit dari ranjang, "Mau dibikinin minum sekalian nggak?"

"Boleh deh."

Lantas dirinya berjalan menuju dapur. Sekarang sudah jam sepuluh malam. Sepertinya semua orang juga sudah berada dikamarnya masing-masing, terbukti sepanjang jalan menuju dapur dirinya tidak berpapasan dengan siapa pun.

SELINA [TERBIT]Where stories live. Discover now