2

155K 8.4K 63
                                    

Disebuah ruangan di salah satu rumah sakit ternama, terbaring wanita dengan beberapa alat bantu yang terpasang ditubuhnya.

"Mama, Tante kok tidurnya lama banget?" Seorang anak perempuan berumur 4 tahun bertanya kepada ibunya.

"Sebentar lagi Tante pasti bangun." Rania menjawab pertanyaan dari putrinya.

Dengan wajah cemberut gadis kecil itu memegang tangan sang Tante dengan lembut, "Tante, Kiala kangen banget tau, Tante bangun ya biar bisa main sama Kiala sama bang Kenzo lagi." Kiara berucap dengan cedalnya.

Kenzo Gracello Aditama dan Kiara Gracella Aditama merupakan anak dari pasangan Rania dengan Arvano Seanno Aditama, seorang Dokter di rumah sakit ini. Rumah sakit ini juga merupakan salah satu milik keluarga Aditama.

Sudah dua bulan lamanya Selina terbaring dalam keadaan koma. Tidak ada pula perubahan yang terjadi selama itu. Malam itu saat mendapat kabar kecelakaan, orang yang paling terkejut adalah Rania, Rania tidak menyangka Selina akan berakhir seperti ini. Padahal beberapa menit sebelumnya mereka baru saja berbincang lewat telepon.

Diruangan ini keluarga besar Erlangga sedang berkumpul. Tadi keadaan Selina sempat menurun hingga membuat seluruh keluarga buru-buru datang ke rumah sakit. Untung saja Arvano berhasil membuat kondisinya kembali membaik. Meskipun begitu, belum ada tanda-tanda Selina akan bangun dari koma nya.

Orang tua Selina tidak bisa berhenti menangis saat mengetahui kondisi putri satu-satunya berbaring lemah berjuang antara hidup dan mati.

Damar berusaha menenangkan istrinya, "Tenang Bu, anak kita pasti bisa melewati ini semua. Bapak yakin Selina sebentar lagi akan bangun."

Damar pun tidak kuat melihat putrinya seperti itu, namun ia berusaha membuat istrinya tenang dengan kata-kata nya meskipun ia sendiri juga rasanya ingin menangis sekeras-kerasnya.

Sella menganggukkan kepalanya mendengar ucapan suaminya, "Ibu yakin, Selina anak yang kuat."

••••••••

Semalam keluarga Erlangga sudah pulang. Disini hanya tinggal orang tua Selina dan Saka.

Meskipun benci, namun Saka tetap menyempatkan diri ke rumah sakit saat mendapat kabar bahwa keadaan Selina menurun.

"Nak Saka, Ibu dan Bapak mau cari sarapan sebentar. Ibu titip anak Ibu ya."

Saka membuka matanya yang sedang terpejam, "Iya."

Setelah keduanya keluar, tak lama kemudian Dokter Arvano ditemani dua orang perawat memeriksa kondisi Selina.

"Bagaimana?" Saka bertanya.

"Seperti biasa. Saya tidak bisa menjamin kapan Selina akan bangun. Beberapa kali Selina memberi respon positif tapi nyatanya sampai saat ini belum juga sadar."

"Dokter tangan pasien bergerak!" Teriakan dari seorang perawat mengejutkan Arvano dan Saka.

Dengan cepat Arvano memeriksa Selina, sampai mereka dikejutkan dengan kelopak mata Selina yang perlahan membuka.

"A-air." Perawat cepat-cepat memberikan air pada Selina.

Setelah memeriksa Selina dan mendapati kondisi Selina membaik dari sebelumnya membuat Arvano lega.

"Kamu ingat siapa nama kamu?" Arvano mencoba bertanya. Takut Selina mengalami hilang ingatan disebabkan benturan yang sangat keras pada kepalanya.

Selina mengangguk pelan, "Selina." Katanya lirih, jujur saja rasanya kepalanya masih sangat pusing, tubuhnya terasa sakit semua.

Arvano bernafas lega, "Selina sudah berhasil melewati koma nya."

"Saat ini biarkan dia istirahat dulu."

SELINA [TERBIT]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt