"Om, jangan om, tolong balikin uang saya om!"

"Kagak! Hargs!" Preman itu menendang keras tubuh Meira, yang mempat memohon sembari menggenggami kakinya itu.

Lalu sang preman brengsek pun akhrinya pergi berlari meninggalkan Gaura.

Gaura menatap sayu ke arah perginya sang preman, ia masih belum bisa merelakan uang yang sedari pagi sudah lama ia kumpulkan untuk membeli makan.

Perlahan satu tetes air mata Gaura mulai menjatuh.

Betapa tegarnya gadis ini, dengan ia yang hanya diam perlahan mengikhlaskan uangnya yang baru saja di rampas oleh sang preman.

Kenapa hidup aku gini banget, Ucap batin tersayatnya.







•••••••••🌼🌼🌼••••••••

Gaura berjalan sembari menggenggami perutnya yang kroncongan dan terasa lapar itu, air matanya masih terus mengalir.

Saat di tengah jalan, tiba-tiba ada sesosok pemilik mobil mewah yang berhenti di dekar Gaura.

Gaura yang menoleh ke arah mobilnya, ia pun sempat merasa bingung.

Saat beberapa detik kemudian, pemilik mobil pun turun dari dalam mobilnya, dengan yang ternyata  pemilik mobil tersebut, sesosok wanita paru baya, yang rupanya sesosk wanita karier, karena terlihat dari tampang dan penampilannya.

"Permisi nak."

Gaura segera menghampus air matanya, karena ia tidak ingin di lihat oleh orang lain bahwa dirinya tengah menangis. "I-iya buk," Gaura merengkut ketakutan, karena ia takut bahwa orang yang berada di hadapannya ini adalah orang jahat.

Sesosok ibu tersebut sempat tak tega melihatnya, makanya itu ia sempat turun menghampirinya. "K-kamu kenapa nak? Hm?"

"G-gak papa buk."

"Kamu habis nangis ya sayang?" Tanyanya tak tega melihatnya.

"Enggak buk." Lirihnya.

"Kamu bohong."

Gaura tertunduk menyembunyikan matanya yang kembali berkaca-kaca.

"Kamu kenapa nangis, hm?"

Gaura menggeleng.

"Mmm ... K-kamu udah makan?"

"B-belum buk."

"Ouh, ya Allah kasihan kamu nak."

Gaura diam tertunduk.

"Mmm .... Gemana kalo kamu ikut mobil saya aja," Ajaknya dengan berbaik hati.

"E-enggak buk, s-saya gak mau ... P-permisi," Gaura yang ketakutan itu, hingga akhirnya langsung memutuskan untuk buru-buru pergi.

"Eih, jangan pergi dulu, gak papa nak, saya bukan bermaksud mau jahat sama kamu, saya gak jahat kok, yok ikut saya, nanti kita makan bersama,kebetulan saya belum makan."

"T-tapi ..."

"Kenapa? Kamu takut, ya? Takut saya jahat, hm? Tenang aja nak, saya gak bakal jahatin kamu kok, saya cuma kasihan aja liat kamu tadi jalan sendirian sambil nangis."

KALIMAT CINTA tak TertataWhere stories live. Discover now