63. Balas Dendam Versi Apa?

5K 516 23
                                    

**
Disebuah cafe terdapat dua orang gadis yang tengah duduk seraya berbincang-bincang. Kedua gadis itu tampak santai dengan obrolan mereka sampai pada akhirnya salah satu gadis membicarakan sebuah pertanyaan yang selalu menghantuinya.

"Kak, gue boleh nanya ga?" Tanya gadis itu kepada gadis didepannya dengan serius yang ditanggapi dengan suara kekehan kecil dari gadis yang dipanggilnya 'kak' itu.

"Bukannya dari tadi Lo udah nanya terus ya?" Ucapnya dengan nada bercandanya.

"Ih, kali ini gue mau nanya serius kak!." Ucap gadis itu dengan kesal.

"Haha, oke-oke lo mau nanya apa Della?." Tanya Naja kepada adik sepupunya itu.

"Kak, Lo tuh sebenarnya punya dendam ga sih sama mereka?." Tanya Fredella yang langsung membuat senyuman diwajah Naja menjadi memudar. Gadis itu terdiam cukup lama kemudian menatap kearah jalanan raya yang terlihat dari jendela kaca tepat disamping tempat duduk mereka berdua sebelum pada akhirnya gadis itu kembali membuka suaranya.

"Dendam ya?. Haha, emangnya siapa sih yang ga dendam diperlakukan kek gitu?." Ucap Naja yang mengalihkan pandangannya menjadi menatap kearah wajah Della dengan tatapan serius.

"Kakak ga mau munafik kalo kakak ga punya dendam sama mereka semua. Kakak sangat-sangat benci sama mereka semua sampai kadang terpikir buat bunuh mereka semua. Tapi tenang aja kok, kakak masih takut sama dosa." Lanjut Naja yang diakhiri dengan suara kekehan kecil karena melihat wajah kaget dari Della.

"Trus kalo kakak dendam kenapa ga bales dendam juga sampe sekarang?." Tanya Fredella.

"Kata siapa kakak ga bales dendam?. Kakak lagi bales dendam kok." Ucap Naja yang dibalas tatapan tidak percaya dari Fredella.

"Huft, Del kamu tau Bales dendam itu banyak macamnya. Ada yang bales sebuah rasa sakit dengan rasa sakit tapi ada juga yang bales rasa sakit dengan kesuksesan."

"Dan kakak sekarang sedang berusaha untuk bales dendam versi yang kedua khusus untuk Mama sama Papa yang udah ninggalin kakak, kan gak mungkin kakak bakal nyerang kedua orang tua kakak atau bahkan sampai membunuh mereka karena bagaimanapun juga mereka itu orang tua kakak. Sejahat-jahatnya mereka, mereka tetap orang tua kakak, jadi jalan satu-satunya yang bisa kakak ambil buat bales dendam adalah menjadi sukses dan jauh melampaui mereka."

"Dan untuk mantan teman-teman kakak di masa lalu juga begitu cukup tekan mereka dengan kekuasaan kita. Lalu apa lagi yang bisa mereka lakukan selain hanya bisa diam dan rasa iri. Inget, sekarang itu udah gak zaman bales dendam pake fisik harusnya itu mentalnya yang dijadiin target karena sakit fisik masih bisa diobati tapi kalo sakit mental, tidak." Jelas Naja panjang lebar. Sementara itu Fredella yang mendengar ucapan dari Naja hanya bisa menatap Naja dengan tatapan ngeri. Ia memang mengetahui semua kisah kelam Naja karena ia dan Naja itu sama, sehingga keduanya lebih terasa cocok dibandingkan dengan saudara-saudara mereka yang lain. Bahkan keduanya bisa saling berbagi rahasia dan pikiran karena rasa kepercayaannya lebih tinggi dan merasa lebih nyaman karena masih terikat darah.

"Mau lihat buktinya?." Tanya Naja yang kemudian mengotak-ngatik handphonenya kemudian terdengar suara Naja yang sepertinya tengah menelpon seseorang.

"Hallo Nio, Nio kamu bisa tolong jemput gue gak? Gue lagi di cafe Pelangi, iya sekarang ya, Makasih ya Nio." Ucap Naja lalu mematikan sambungan telponnya.

Tidak lama kemudian terdengar suara langkah kaki yang berjalan mendekati meja keduanya. Fredella menatap Arsenio dengan tatapan terkejut lalu secara tidak sengaja matanya menatap kearah belakang Arsenio tepatnya di meja ujung yang tempatnya berjarak lima meja dengan mereka terdapat seorang gadis yang tengah menatap kearahnya dengan marah.

Dandelion Where stories live. Discover now