46. Tragedi di kantor polisi

9.6K 1.1K 6
                                    

Maaf ya baru update , sekali lagi maaf yang sebesar-besarnya karena selain lupa aku juga dari minggu kemaren sibuk UTS. Yaudah sebagai permintaan maaf ini aku double update lagi yauu!

Happy Reading!



**

Saat ini lagi dan lagi Naja berada di kantor polisi, dapat dilihat bahwa saat ini kaki gadis itu sudah di gips karena tadi ia sempat dibawa ke puskesmas terdekat sedangkan untuk Saga, lelaki itu dibawa langsung kerumah sakit karena luka yang dialami oleh lelaki itu yang cukup parah sehingga puskesmas tidak mampu untuk mengatasinya.

Naja tengah duduk disebuh kursi tunggal seraya bersedakap dada menatap sekitar sepuluh orang remaja lelaki yang saat ini tengah  duduk di lantai tepat di depan Naja sehingga para remaja itu terlihat seperti kumpulan anak-anak nakal yang tengah dimarahi oleh ibu mereka.

Sementara itu disisi lain terlihat beberapa anggota polisi yang tadinya terlibat aksi kejar-kejaran dengan mereka tengah menatap aneh kejadian itu. Bagaimana tidak, tadi saat mereka tengah sibuk untuk memberikan pelajaran kepada para remaja itu tiba-tiba saja dari arah pintu datang seorang gadis yang berjalan dengan sedikit pincang karena kaki yang gips tengah berteriak memaki-maki para remaja yang saat ini tengah duduk dilantai tersebut.

Melihat keadan Naja yang cukup memprihatinkan seorang polisi wanita dengan inisiatif sendiri memberikan Naja sebuah kursi agar gadis itu bisa duduk dengan Nyaman, tetapi bak diberi hati meminta jantung , gadis itu malah melunjak dengan meminta segalas air putih dan menyuruh polisi wanita itu untuk membawa kursi yang dibawanya tadi tepat di depan para remaja lelaki itu sehingga terjadilah suasana yang cukup menegangkan seperti sekarang.

Ian bersama dengan keempat lagi lelaki yang tadinya sudah bertemu dengan Naja langsung menelan saliva mereka dengan susah payah. Sedangkan untuk kelima lelaki yang lainnya menatap Naja dengan berbagai macam tatapan, ada yang bingung, terkejut dan khawatir. 

Naja bukannya bodoh sehingga tidak menyadari bahwa sejak tadi ada yang memperhatikannya dengan intens dan ia pun mengetahui orang itu tetapi ia berusaha untuk tidak peduli. Eliseo, lelaki itu juga ikut dalam salah satu orang yang ikut tertangkap oleh polisi. Tadi ketika Eliseo tiba dikantor polisi, siapa sangka ia malah bertemu dengan ketiga temannya lalu disamping ketiga temannya itu juga terdapat enam orang anggota geng musuhnya tadi. Diam-diam ia sedikit bersyukur karena setidaknya anggota geng nya hanya kedapatan beberapa orang saja sehingga sepertinya ia masih mampu untuk membayar jaminan mereka.

Tetapi belum lama ia tiba dan ikut duduk bergabung disamping teman-temannya terdengar suara teriakan serta makian dari arah pintu dan alangkah terkejutnya ia ketika melihat bahwa pelaku yang membuat keributan itu adalah Naja, keterkejutannya tidak hanya sampai disana saja. Ia lagi dan lagi terkejut melihat keadaan Naja yang sangat jauh dari kata baik terlebih kakinya yang di gips.

Terlalu banyak pertanyaan yang berada di otaknya tetapi Eliseo harus menahannya karena keadaan mereka sekarang yang kurang tepat sehingga membuatnya hanya bisa diam dan memperhatikan Naja saja.

"Pak telpon saja orang tua mereka semua dan suruh mereka datang kesini untuk memberikan jaminan terhadap tidakan mereka, jika orang tua mereka tidak datang jangan biarkan mereka pulang. Sekalian aku ingin meminta ganti rugi karena sudah membuat kaki cantikku harus di gips seperti ini." ucap Naja dengan tatapan permusuhannya. 

"Kami memang akan melakukan itu nona, tadinya kami baru saja ingin meminta nomor orang tua mereka masing-masing untuk dihubungi." ucap seorang polisi menjelaskan.

"Tidak perlu, ini aku sudah mempunyai nomor orang tua mereka masing-masing kalian hanya tinggal menelponnya dan memanggil mereka kesini. Mereka bisa saja berbohong dengan memberikan nomor telpon palsu kepada kalian." Ucap Naja seraya memberikan sebuah kertas yang berisikan nomor telpon pribadi milik orang tua dari para remaja lelaki tersebut. Bukan hal susah untuknya dalam mendapatkan nomor telpon pribadi dari orang tua mereka semua terlebih dengan adanya bantuan dari Mr. Jhon.

Sedangkan disisi lain kesepuluh lelaki itu sudah berkeringat dingin. Tadinya mereka, terutama yang memiliki kekuasaan yang cukup kuat seperti Eliseo dan teman-temannya sudah berencana untuk memberikan nomor telpon salah satu bodyguard mereka untuk datang lalu berpura-pura sebagai wali mereka tetapi ternyata Naja lebih pintar dari mereka. Sementara untuk Ian dan kelima temannya hanya bisa pasrah jika pada akhirnya mereka pasti akan kena omel lagi oleh orang tua mereka.

Naja tersenyum sinis melihat reaksi dari remaja-remaja tersebut karena memang ini yang ia tunggu dari tadi. Anggap saja ini pelajaran karena mereka sudah berani membuat kaki mulusnya lecet bahkan sampai di gips.

Beberapa jam kemudian terdengar keributan diluar lalu masuklah beberapa orang  paruh baya dengan pakaian formalnya tengah berjalan kerah para remaja lelaki itu. Kemudian dapat dilihat terdapat seorang lelaki dengan aura kejam yang menguar dari tubuhnya itu langsung melayangkan sebuah pukulan kearah seorang remaja lelaki yang tak lain adalah anaknya sendiri.

Eliseo, lelaki itu tersungkur kelantai karena tidak siap dengan pukulan tiba-tiba dari lelaki yang tak lain adalah ayah nya itu. "Sudah saya bilang tinggalkan geng sampahmu itu dan mulailah untuk belajar menjadi seorang pemimpin bukan biang onar seperti ini!" marah Robert Olivier.

"Apa peduli Daddy?!. Ini hidup aku Dad, jadi Daddy gak usah ngurusin hidup aku, urusin aja kertas-kertas yang selalu Daddy utamain itu sampe lupa kalo masih punya anak!" Ucap Eliseo dengan suara yang tak kalah kerasnya. Robert yang mendengar itu langsung kembali berjalan kearah Eliseo, ingin kembali memberikan pukulan kepada anak yang memiliki wajah yang sama dengannya itu, tetapi sebelum itu Para Polisi langsung bergerak cepat untuk memegangi Robert dan Eliseo. Mereka tidak ingin kembali kecolongan seperti tadi.

Disamping keributan tersebut terdapat seorang gadis yang sedari tadi keberadaannya dilupakan oleh mereka semua. Gadis itu hanya mengulum senyum sinisnya melihat kejadian-kejadian tersebut sebelum pada akhirnya ia membuka suaranya.

"Wow, suatu kehormatan bagi saya dapat menyaksikan pertunjukan ini, Mr. Oliver" ucap Naja dengan postur tubuh yang masih sama dengan yang tadi. Sedangkan mereka yang baru menyadari keberadaan gadis itu langsung menatap kaget termasuk kedua gadis yang juga ada diantara orang-orang yang baru datang itu.


Dandelion Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin