12. Syarat dan Perjanjian

18.5K 1.8K 44
                                    

**
Tidak terasa sudah 2 bulan berlalu dan sesuai dengan target yang Naja tentukan bahwa kini saham perusahaan kembali melejit tinggi karena dua buah produk yang di pasarkan oleh Naja menjadi laku keras. Bahkan kini produk tersebut sudah terkenal dikalangan masyarakat.

Dan kini seperti seperti kesepakatan beberapa bulan lalu Naja bersama dengan para petinggi perusahaan kembali melakukan rapat, sampai suara Naja memecahkan keheningan di ruang itu.

"Sekarang dihadapan kalian sudah ada masing-masing surat perjanjian yang kita sepakati beberapa bulan yang lalu dan saya harap kalian semua tidak lupa dengan hal itu"ucap Naja dengan nada tegas. Para petinggi itu langsung mengambil kertas dihadapan mereka lalu membaca isi dari perjanjian itu.

"Ini tidak adil! Kenapa disini tertulis bahwa jika kami berkhianat maka kami harus siap diblacklist dari dunia bisnis"ucap seorang pria yang merupakan salah satu petinggi perusahaan itu. Naja yang mendengar nada protes dari pria itu pun langsung menyunggingkan senyuman sinisnya.

"Mr. Will!"teriak Naja. Kemudian masuklah seorang pria gagah yang tak lain dan tak bukan adalah tangan kanan dari kakeknya itu.

"Saya nona"ucap Mr. Will yang baru saja masuk kedalam ruang itu karena sedari tadi ia hanya menunggu diluar seraya menunggu Tuannya yang masih berada di jalan untuk menuju ke perusahaan cabang untuk melihat perkembangan perusahaan.

Yah, memang setelah rapat beberapa bulan lalu David tidak pernah lagi menginjakkan kakinya di perusahaan itu karena kesibukannya di perusahaan pusat. David menyerahkan semua tanggung jawab perusahaan kepada Naja yang tentunya diawasi oleh Mr. Will dan Mr. Jhon.

"Mr. Will tolong anda bantu Mr. Wely untuk mengemasi barang-barangnya dan jangan lupa blacklist ia dari dunia bisnis"ucap Naja tegas yang langsung membuat para petinggi yang ada di perusahaan itu langsung pucat Pasih terutama pria yang diketahui bernama Mr. Wely itu.

Mr. Will mengangguk lalu langsung berjalan menuju Mr. Wely yang tampak pucat itu dan menariknya dengan kasar dari kursi lalu menyeretnya keluar dari ruangan rapat itu.

"N-nona tolong maafkan saya! NONA JANGAN PECAT SAYA!"Teriakan-teriakan dari Mr. Wely tidak Naja dengar bahkan dengan santainya Naja malah mengedarkan pandangannya menatap wajah pucat dari para petinggi yang masih tersisa didalam ruangan itu.

"Itu yang akan kalian dapatkan jika berani berniat untuk berkhianat denganku, bahkan saat pemikiran untuk berkhianat itu ada di otak kalian maka siap-siap saat itu juga kalian akan kehilangan segalanya. Ingat saya tidak akan rugi dengan kehilangan beberapa pegawai saja tetapi kalian sendiri yang akan rugi"ucap Naja dengan tegas. Bukan apa, Naja melakukan hal itu kepada Mr. Wely karena dari nada protes dari pria itu saja sudah sangat terlihat, bahwa besar kemungkinan suatu hari nanti pria itu dapat berkhianat.

"Sekarang cepat tentukan pilihan kalian karena waktuku tidak sebanyak itu untuk berunding dengan kalian hanya karena ini"lanjut Naja yang langsung membuat para petinggi itu langsung dengan cepat menandatangani surat yang ada di hadapan mereka. Sedangkan Naja yang melihat itu pun langsung menyunggingkan senyumnya.

**

Saat ini Naja tengah berhadapan dengan dua orang pria berbeda generasi dengan wajah yang tampak sama-sama tampan dengan kemiripan dibeberapa bagian yang sangat menegaskan bahwa kedua orang itu adalah ayah dan anak.

"Selamat sayang kamu akhirnya bisa membuktikan kepada kami bahwa kamu layak untuk menjadi penerus dari perusahaan ini"ucap Givan Armstrong yang tak lain adalah putra sulung dari David Armstrong.

"Makasih Pi, ini juga berkat bantuan Papi yang selalu siap menuntun dan mendukung Naja"ucap Naja dengan tulus.

"Selamat sayang dan seperti yang Opa bilang beberapa bulan yang lalu selain menjadi penerus mutlak kamu juga akan mendapatkan hadiah dari Opa" ucap David yang di iringi dengan senyuman misteriusnya yang lagi dan lagi membuat Naja bergidik ngeri.

"Oh ayolah kakek sudah ku bilang jangan tersenyum seperti itu, karena itu membuatku takut kau tau, melihatmu seperti itu membuatku seperti melihat seorang pedofil"ucap Naja yang langsung dihadiahi pelototan mata dari David, sedangkan Givan sudah terkikik geli melihat tingkah kakek dan cucu itu.

"HEI! beraninya kau berbicara seperti itu kepada Opa mu sendiri dan lagi cobalah berbicara santai denganku, panggil aku Opa seperti biasa jangan memanggilku dengan sebutan Kakek karena itu terdengar sangat kaku!"ucap David dengan kesal sedangkan Naja hanya bisa memutar bola mata malas.

"Ya, ya dan ya. Jadi langsung aja to the points apa hadiah misterius itu"ucap Naja yang mampu membuat David kembali tersenyum mengingat hadiah misteriusnya.

"Hadiah misteriusnya adalah mulai besok kau akan kembali belajar di sekolah!"ucap David dengan semangat sedangkan Naja sudah melotot kaget.

"A-apa? Sekolah? Gak mau!. Oh ayolah Opa ku yang tercinta tidak taukah engkau bahwa aku sudah sangatttt nyaman dengan bangun siang hariku! Kalau boleh jujur aku lebih suka seharian melihat laporan di atas meja ku dari pada harus pergy kesekolah dan bertemu orang-orang munafik"ucap Naja dengan nada memelas di akhir kalimatnya.

"Aku tidak menerima penolakan cucuku yang cantik"ucap David seraya mengelus rambut Naja dengan sayang. Ketika ingin kembali membalas ucapan David tiba-tiba saja kepala Naja terasa pusing dan berat sampai,

Bruk!

"NAJA!"

Dandelion Where stories live. Discover now