49. Cinta, ya?

615 113 6
                                    

"Andai kami bertujuan mengangkat anda menjadi putri kami, jawaban apa yang akan kau berikan?"

Deg

Aku tidak menyangka jika yang dikatakannya adalah hal semengejutkan ini. Meski ucapannya barusan adalah sarat keandaian, namun sudah dapat dipastikan bahwa itu memang tujuan mereka, mereka ingin mengadopsiku.

Itu bisa dilihat dari cara mereka menatapku, Baron yang menatapku dengan padangan serius, dan pancaran harapan juga nampak jelas dari kedua mata Baroness.

Itu sama sekali tidak boleh terjadi, mungkin ini adalah fakta yang mengejutkan. Namun sesuai alur cerita, keluarga Baron evergarden adalah satu-satunya keluarga bangsawan yang akan mengadopsi 1st Female Lead bernama Angeline yang sebentar lagi sudah akan muncul.

Tentu saja mereka bertujuan agar seseorang dapat menggantikan posisi putri mereka yang telah tiada, diluar kepentingan yang berbau politik dan formalitas kebangsawanan, sebetulnya mereka juga sangat menyayangi putri semata wayangnya itu.

Tak kusangka apa yang seharusnya terjadi pada Angeline justru terjadi padaku lebih dulu. Sudah cukup aku mengacaukan alur cerita dengan menerima kertas kuno penyampai pesan dari Louis sang 1st ML, tidak lagi.

'Sial, ini tidak boleh terjadi lagi'.

Aku yakin mereka pasti berharap aku akan dengan senang hati menerimanya, seperti akan mengatakan, 'Saya akan dengan senang hati menerimanya apabila itu terjadi,'. Mengingat memegang peranan sebagai seorang bangsawan adalah suatu hal yang terbilang mustahil bagi seorang rakyat jelata.

Jika seorang rakyat jelata diangkat statusnya menjadi seorang bangsawan meski bangsawan bergelar rendah sekalipun, maka otomatis status dan derajatnya di kalangan rakyat juga akan naik.

"Maka saya akan dengan tegas menolaknya," jawabku santai namun serius.

Mendengar jawabanku, Baroness Flugel yang tadinya terus menatapku penuh harap mendadak menangis sambil menunduk. Sementara suaminya berusaha menenangkan, aku kembali bersuara.

"Meski perkataan anda barusan hanya perandaian, namun saya mengerti bahwa kalian bermaksud serius akan hal tersebut,"

"Di masa depan, kalian pasti akan mendapatkan seorang gadis yang lebih baik dari saya yang mau kalian angkat sebagai puti anda sekalian, dan saya yakin itu tidak akan lama lagi," ujarku berusaha menenangkan.

'Tentu saja aku sangat yakin,' batinku.

"Aku senang kau dapat dengan cepat memahami maksud kami, tapi kurasa keputusan ini terlalu tergesa-gesa, anda bisa menjawabnya di esok hari atau kapan pun,"

Dengan wajah berderai air mata, Baroness Flugel menatapku dan berkata, "Aku yakin kau adalah orang yang tepat, tolong pikirkanlah baik-baik, nona muda,"

"Benar, jika anda menjadi putri angkat kami, segala kebutuhan akan tersedia, mulai dari gaun, perhiasan, tempat tinggal, bahkan status sosial dan derajat juga akan naik, maka kau tidak perlu lagi bekerja sebagai seorang hunter wanita," ujar Baron Wilhelm mencoba mengiming-imingiku.

Baron Wilhelm La Evergarden dan Baroness Flugel La Evergarden, mereka benar-benar serius dengan perkataannya. Mereka bahkan masih memaksa meski aku sudah terang-terangan menolak.

Bagaimana mungkin mereka seyakin itu? Padahal aku saja tidak pernah menampilkan wajahku barang sekali saja dihadapan mereka.

Ah, gawat, aku mulai merasa kasihan pada mereka terutama Baroness Flugel, dialah yang paling kehilangan atas kematian putrinya dan pasti dia juga lah yang pertama kali mengusulkan ide ini.

"Keputusanku sudah bulat dan tidak akan berubah," tegasku.

Tangis Baroness semakin menjadi-jadi setelah aku mengatakan hal tersebut, sementara sang Baron hanya bisa menghela napas pasrah seraya mendekap istrinya lembut.

So I'm a Bug, So What?Where stories live. Discover now