17. Madam Theresia

1.1K 192 2
                                    

Disinilah aku sekarang, berada ditengah keramaian kota di malam hari. Ya, pada saat malam hari memang biasanya masih ramai di jalanan-jalanan besar kota dengan aktivitas dari para warganya. Berbeda saat malam dimana aku kabur dari rumah pelelangan,  rasa-rasanya malam ini terlihat lebih ramai daripada seharusnya.

Tadinya aku hanya ingin melihat kembang api dari dekat, tapi setelah berjalan ke arah dimana kembang api itu berasal, tempat ini lah yang kutemui. Sementara aku masih belum juga menemukan sumber kembang apinya.

Para pedagang kaki lima sangat marak di sepanjang pinggir jalan, sementara banyak sekali orang-orang yang berlalu lalang di jalanan, berada di tengah kerumunan seperti ini rasanya seperti sedang car free day saja. Kurasa jika dihari biasa tidak akan seramai ini, jadi kemungkinan besar malam ini para warga sedang merayakan sesuatu.

Tapi apa ya? Perayaan hari panen? Perayaan hari kelahiran raja? Atau ulang tahun kekaisaran? Festival pergantian musim? Aku tidak yakin dengan semuanya, tapi yasudah lah tidak usah dipikirkan, yang terpenting bagiku saat ini adalah bagaimana caranya agar aku bisa menghasilkan uang! Ya, uang selalu jadi hal utama bagiku, hahaha.

Sempat terpikir di benakku untuk memeras sebagian uang Theo, mengingat dirinya yang mersa begitu bersalah padaku, jadi ia pasti akan mau mau saja melakukanya. Tapi aku tidak setega itu untuk melakukannya, segeralah kusingkirkan pemikiran itu jauh-jauh.

Dengan banyaknya orang-orang yang berada disini, mungkin saja aku bisa membuat suatu pertunjukkan yang menarik agar dapat menghasilkan uang, tapi apa? Pasalnya, satu-satunya alat musik yang bisa kumainkan hanya piano, dan di dunia ini hanya seorang bangsawan dan para pengusaha kaya lah yang memilikinya, aku benar-benar tidak punya kemampuan lain di bidang musik.

Menyanyi? Ah tidak, aku tidak punya kepercayaan diri setinggi itu hingga sanggup bernyanyi di tengah riuhnya keramaian ini, apalagi tanpa iringan musik, bisa-bisa suaraku tenggelam karena kalah dengan bisingnya suara orang-orang. Argghh... Ini membuatku frustasi saja. Akhirnya aku hanya melamun sambil terus berjalan kemana pun langkah kakiku membawaku.

Brukk

Aku tersadar dari lamunanku begitu seseorang dengan postur yang lebih pendek dariku menabrakku dengan cukup kencang sehingga membuat dirinya sendiri terjatuh. Sedangkan aku yang langsung siap siaga masih bertahan dalam posisi berdiri dengan tubuh yang agak oleng hendak jatuh tapi tidak jadi.

Aku spontan melihat kearah seseorang yang menabraku barusan, aku langsung manghampirinya kala melihat adanya darah yang mengalir dari luka yang berasal di lututnya akibat terjatuh.

“Kau tidak apa-apa? Lain kali hati-hati” Pertanyaan yang klise. Tapi serius, aku khawatir dengannya. Apalagi dia seorang gadis yang terlihat masih sangat muda dengan penampilan yang lumayan lusuh, perkiraanku mungkin umurnya 12 tahun.

Saat aku hendak meraih tubuhnya untuk membantunya berdiri, tiba-tiba ia menjauhkan dirinya dariku hingga menabrak kaki orang-orang yang sedang berlalu lalang di belakangnya. Aku bingung, mengapa ia terlihat sangat ketakutan?

“Tangkap pencuri itu!” Terdengar sebuah teriakkan yang berasal tidak jauh dari asal anak ini berlari.

Aku menoleh ke belakang dan sedikit terkejut mendapati beberapa orang yang sudah menatapku tajam. Tidak, lebih tepatnya pada gadis kecil yang baru saja menabrakku. Kemungkinan mereka adalah orang-orang yang telah ditabrak lebih dulu oleh gadis kecil itu sebelum aku, kemudian mereka marah karena pakaian yang mereka kenakan menjadi ternodai oleh pakaian lusuh yang gadis itu kenakan.

Tidak lama kemudian muncul lah sesorang wanita paruh baya yang terlihat begitu marah serta ada pula seorang kesatria bersamanya.

“Itu dia pencurinya! Cepat tangkap!” Ucapnya lantang.

So I'm a Bug, So What?Where stories live. Discover now