19. Menolong Aurora

1K 190 0
                                    

‘Aurora!’

Ya, dia adalah Aurora Giudeline Zhourich, adik dari Derrcik Hans Zhourich. Baru saja aku bertemu kakaknya, dan sekarang aku bertemu adiknya? Kebetulan yang sangat tak terduga.

“Hey, tenanglah.. Aku bukan orang jahat” Aku berusaha berbicara selembut mungkin agar bisa mendapatkan kepercayaannya dan sepertinya itu sedikit berhasil, dia sedikit menurunkan bahunya dengan tidak merubah raut wajah ketakutannya.

Aku melirik ke belakangnya dan mendapati seorang kesatria yang masih berkelahi dengan dua orang penjahat tersebut di tengah sempitnya gang buntu ini. Kalau berlama-lama disini, aku yakin aku dan Aurora pasti akan terkena imbasnya apabila kesatria itu tidak dapat mengalahkan kedua penjahat itu dalam waktu dekat.

Jadi kupikir seharunya aku membawa Aurora untuk pergi dari sini secepatnya, “Kita harus segera pergi dari sini, ayo!” Ajakku yang langsung dibalas gelengan lemas darinya, aku menautkan alisku keheranan. Apa ada yang salah dengannya?

“Kakiku terkilir” Ucapnya yang seakan menjawab pertanyaan dalam benakku.

“Bagian mana?” Tanyaku.

“Disini” Ujarnya seraya menyetuh pelan bagian tumit kakinya yang cidera.

Dapat kulihat pula kulit di bagian pergelangan kaki sebelah kirinya itu memerah dan sedikit membiru, jadi karena ini ia tidak bisa melarikan diri? Baiklah, aku memahaminya. Dengan jiwa sosialku yang tinggi disertai rasa iba, aku pun tanpa ba bi bu langsung melingkarkan satu lengannya di pundakku seraya membantunya untuk berdiri.

Meski berat badan Aurora ini terbilang ringan untuk ukuran perempuan, tapi bagiku yang sama-sama perempuan sepertinya tentu merasa berat. Meski begitu aku berusaha sekuat tenaga untuk menuntunnya berjalan. Dalam pikiranku sekarang, yang terpenting bagi kami adalah pergi dari gang buntu ini sesegera mungkin untuk menuju ke keramaian.

Dengan dituntun olehku, Aurora berjalan terseok-seok dengan sesekali meringis pelan, tapi ia tak mengeluh sedikit pun. Aku jadi merasa kagum dengan sikapnya, padahal dia ini seorang bangsawan loh, dia pasti sangat tidak terbiasa dengan situasi seperti ini.

Belokan demi belokan gang kami lewati, rasanya seperti lama sekali. Aku hafal dengan belokannya, dengan beberapa belokan lagi saja kami akan sampai di mulut gang. Aku merasa bersemangat akan hal itu, tapi sesuatu yang mengganggu tiba-tiba saja datang.

Hap!

Secara mengejutkan, sejauh dua meter dari kami, mucul lah seorang pria dengan perawakan gagah yang melompat dari atap bangunan dan mengahadang jalan yang hendak kami lalui. Kemunculannya yang tak terduga itu membuatku panik seketika.

‘Sial, apa yang harus kulakukan?’

Cih, masalah terus saja berdatangan membuatku muak. Seperti dia merupakan rekan dari sekelompok penjahat yang sedang di lawan oleh kesatria di gang buntu itu.

Sepertinya perkelahian tak dapat dihindari, aku segera menepikan Aurora di tepi jalan. Mulai menyingsingkan lengan baju dan berbalik untuk menghadap pernjahat itu. Sebelum menghadapi orang itu, aku yang sudah membelakangi Aurora pun tiba-tiba merasakan genggaman erat di salah satu lenganku seakan ia hendak memberikan kekuatan untukku, langkahku pun tertunda karenanya.

Awalnya kurasa tidak ada maksud lain dia melakukan itu, tapi ternyata setelahnya dengan gerakan cepat ia memberikan sebuah belati padaku secara diam-diam tanpa disadari oleh pria jahat itu karena interaksi kami yang memang terjadi di belakang tubuhku sehingga menutup pandangan penjahat itu.

Mengerti dengan maksudnya, aku pun menggengam belati itu dengan erat dan melangkah dengan angkuhnya disertai ekspresi nyalang ke hadapan pria itu. Meski aku tidak begitu yakin dengan kemampuan bertarungku, tapi setidaknya aku tidak akan diam saja.

So I'm a Bug, So What?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang