27. Memiliki kuda baru

696 130 0
                                    


"Kebetulan! Itu pasti hanya kebetulan!"

"Hah?! Apa maksudmu?" Aku berkata dengan jengkel kepada orang yang mengatakan hal itu adalah sebuah kebetulan dan ternyata orang itu adalah pria bernama Smith yang sedang mengamati bersama penonton lainnya.

'Dasar tua bangka rese!'

"Tenanglah Tuan, pertandingan ini belum selesai bukan?" Perkataan William sukses membungkam celotehan pria itu, baguslah.

Setelah mengatakan itu, William kembali mencoba untuk melesatkan anak panah kembali dengan ancang-ancang yang sama seperti sebelumnya dan ketika panah itu menancap pada papan sasaran, ternyata hasilnya pun sama saja seperti sebelumnya, ia masih tak dapat mengenai papan sasaran dengan tepat. Selalu saja hanya dapat mengenai sasaran berwarna putih meski telah mencobanya beberapa kali.

"Kini giliranku" William undur diri, ia membiarkanku mencoba memanah kembali.

Kembali kuambil anak panah dari tas panah yang berada di punggungku dan mulai mengambil ancang-ancang untuk melayangkan panah itu pada target di depan sana seperti yang dilakukan William sebelumnya.

Set

Set

Set

Set

Aku melesatkan empat anak panah secara beruntun dan keempat-empatnya kini telah menancap sempurna tepat pada bagian tengah lingkaran kecil berwarna merah pada papan sasaran berbentuk lingkaran tersebut, bahkan keempat panah itu terlihat sampai menembus panah-panah yang sebelumnya telah menancap di sana dan membelahnya menjadi dua.

'Yosh, sesuai taget'

Dengan bangga aku menatap ke arah William dan Smith secara bergantian, William sendiri hanya menanggapinya dengan kekehan singkat. Sementara pria bernama Smith itu terlihat sangat tidak terima dengan keberhasilanku, itu terpampang jelas sekali pada raut wajahnya yang sedang menahan kesal. Aku tahu, orang-orang seperti dia itu biasanya adalah orang yang selalu merendahkan perempuan.

"Dengan ini aku mengakui kekalahanku dalam permainan panahan dengan lapang dada," Ujar William yang terang-terangan mengakui kekalahannya, yang artinya kalung violet ini tetap akan menjadi milikku. Syukurlah.

Daripada itu, aku lebih exited terhadap hadiah yang akan kuterima, yaitu kuda mahalnya William! 'Salam kenal calon kudaku! Aku adalah pemilik barumu! xixixi'

Selepas pernyataan yang dilontarkan William itu, orang-orang pun menjadi kembali ramai dan sorak sorai pun terdengar dengan semangatnya, lagi-lagi aku merasa reaksi mereka ini terlalu berlebihan.

"Karena kau pemenangnya dalam permainan panahan ini, aku mempersilahkanmu untuk memilih permainan selanjutnya, nona"

Ah, aku lupa jika peraturannya memang seperti itu. Jika memang begitu haruskah aku memilih permainan selanjutnya yang akan kami mainkan? Atau bisakah aku memutuskan untuk berhenti disini saja? Huft, habisnya aku tidak tahu sih keahlian apa yang sekiranya dapat membuatku menang lagi.

Dalam situasi seperti sekarang ini, aku jelas membutuhkan masukan dari seseorang untuk mengambil keputusan. Kembali kutatapnya wajah William yang masih setia menungguku, aku berusaha membuat tampang seperti meminta bantuan karena kebingunganku.

Nampaknya William mengerti, ia pun menyuarakan pendapatnya, "Bagaimana jika kita akhiri saja, nona?"

"Ya?" Aku menaikkan kedua alisku karena tak menyangka dia akan mengatakan itu, tadinya kupikir dia akan menyarankan jenis pertandingan lain, tapi ternyata dia berniat mengakhirinya.

So I'm a Bug, So What?Where stories live. Discover now