33. Gua tersembunyi

572 106 1
                                    

"Hahh ... hah ... hah ..."

Aku membungkuk seraya memegang kedua lututku dengan napas yang masih ngos-ngosan. Gila, sudah lebih dari satu jam aku terus berlari dan berlari, mengabaikan rasa sakit, nyeri dan letih yang baru dapat kurasakan kembali saat aku menghentikan upaya pelarianku ini.

Sinar rembulan purnama dan banyaknya bintang-bintang yang bertebaran di langit malam menjadi satu-satunya sumber penerangan di malam hutan yang di kelilingi dengan pohon-pohon besar menjulang tinggi, sayangnya keberadaan pohon-pohon itu lah yang malah menghalangi penerangan dari bulan dan bintang sehingga membuat keadaan hutan ini terlampau minim pencahayaan, meski begitu aku masih dapat melihat keadaan sekitarku walau tidak jelas. Aku jadi menyesal tidak menyempatkan diri untuk mengambil obor dari kastil itu.

Sambil masih sibuk mengatur napas, perlahan aku mendudukan diriku di bawah pohon terdekat dan bersandar padanya sambil meluruskan kaki. "Huft ..."

"Melelahkan sekali" monologku, aku merasa lega karena akhinya aku dapat beristirahat juga setelah pelarian yang terasa seperti marathon itu. Aku juga merasa bahwa mereka semua sudah tak lagi mengejarku, maka dari itu aku sudah bisa merasa tenang sekarang.

"Haus .." Entah kebetulan atau apa, saat menggumamkan kata haus itu sayup-sayup aku mendengar suara gemercik air yang membuatku merasa senang bukan main. Aku menajamkan pendengaranku, setelah yakin, aku berpikir akan keberadaan sungai yang sepertinya berada tidak jauh dari tempatku berada, jika aku menemukannya, aku pasti bisa menghilangkan dahaga yang sangat menyiksa ini. Aku pun jadi merasa bersemangat kembali karena memikirkannya.

Aku beranjak dan mulai berjalan kembali dengan santai karena kakiku yang masih terasa pegal, tapi tetap kupaksakan untuk melangkah menuju sumber suara yang berasal dari arah barat daya, berharap semoga saja pendengaranku tidak salah.

Setelah beberapa menit berjalan, anehnya aku masih belum juga menemukan keberadaan sungai yang kucari meski suaranya airnya masih dapat kudengar, yang artinya jarakku ke sungai itu masih lumayan jauh. Anehnya lagi, semenjak aku memasuki hutan dan semakin masuk ke dalamnya, belum sekali pun aku bertemu dengan sesosok binatang buas atau bahkan makhluk mistis yang dapat dengan tiba-tiba muncul dan menyerang kapan saja.

Bahkan jika diperhitungkan dari sejauh mana aku sudah memasuki hutan, bisa saja aku sudah memasuki area hutan terlarang yang mana di area hutan itu terdapat banyak hewan-hewan mistis yang berkeliaran bebas yang memiliki kekuatan supranatural, makhluk itu disebut Guardian.

Para manusia yang tidak tahu hanya menyebutnya sebagai monster belaka, padahal hewan mistis seperti itu bisa di kontrak, tentu saja hal itu tidak dapat dilakukan dengan mudah dan jika gagal, maka nyawa lah bayarannya, itu lah sebabnya beberapa orang mengatakan hanya orang beruntung yang dapat kembali dengan selamat setelah memasuki hutan itu. Aku sendiri pun tidak tahu dari mana datangnya kepercayaan diriku ini hingga seberani ini ingin memasuki kawasan hutan terlarang.

Setelah beberapa saat, pikiranku mulai teralihkan ketika aku mendengar suara gemercik air yang semakin lama terdengar semakin jelas dan jelas saja, bahkan saking jelasnya itu terdengar seperti banyaknya debit air yang jatuh dari ketinggian yang membuatku langsung terpikirkan akan eksistensi air terjun.

Tidak salah lagi, di depan sana pasti ada air terjun! Aku berlari kecil kegirangan agar semakin cepat sampainya. Dan benar saja, sesampainya disana aku langsung disuguhkan dengan pemandangan yang menyejukkan mata, aku tidak menyangka pemandangan air terjun di malam hari juga akan terlihat seindah ini.

Dengan semangatnya aku berlari ke pinggir sungai dan melihat pantulan wajahku di bawah sana, aku mengambil airnya dengan kedua tanganku dan langsung meminumnya dengan khidmat, "Ah ... menyegarkan"

So I'm a Bug, So What?Where stories live. Discover now