25. Bertemu dengan villain

942 156 5
                                    

Pagi-pagi sekali saat fajar bahkan belum menyingsingkan sinarnya, aku sudah siap dengan pakaian ala petualangku yang belum lama ini kudapat dari kontes panahan yang sempat kuikuti saat di malam festival itu.

Pagi-pagi sekali saat fajar bahkan belum menyingsingkan sinarnya, aku sudah siap dengan pakaian ala petualangku yang belum lama ini kudapat dari kontes panahan yang sempat kuikuti saat di malam festival itu

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.

Source : pinterest

Aku pikir pakaian yang terlihat cantik ini akan terlihat cocok saat dikenakan olehku, maka dari itu aku pun langsung menargetkannya saat pertama kali melihatnya terpajang sebagai salah satu hadiah utama saat itu. Dan syukurlah, ternyata pakaian ini sangat pas sekali dengan ukuran tubuhku saat aku mengenakannya.

Aku mengambil busur dan anak panahku yang tergeletak di kasur, aku sudah mempersiapkan itu juga sebelumnya. Setelahnya aku memasang busur dan anak panah itu di bekalang punggungku. Benda ini lah yang menurutku paling penting karena hanya panah ini lah satu-satunya senjata yang dapat kuandalkan sebagai bentuk pertahanan.

Nah, sekarang aku siap untuk pergi.

Sebelum pergi, kembali kutatap seluruh penjuru ruang kamar yang selama beberapa hari belakangan ini menjadi tempatku untuk mengistirahatkan diri. Sebelumnya aku juga sudah membersihkan ruangan ini hingga terlihat rapih seperti saat pertama kali aku menempatinya.

"Beres, semuanya sudah bersih dan rapih. Sekarang waktunya pergi" monologku.

Kakiku mulai melangkah menuju pintu keluar dan ya, lagi-lagi aku tidak mendapati siapa pun di sepangjang lorong mansion ini. Saat sudah dekat dengan kamar Theo, aku berlalu begitu saja karena tahu sang pemilik pasti sudah tidak ada disini. Aku tahu betul kalau Theo memang jarang sekali menginap disini, dia lebih sering tinggal di kediaman utamanya.

Langit dini hari yang diwarnai dengan berbagai warna gelap yang didominasi oleh midnigt blue itu nampak begitu indah meski tanpa adanya hiasan berupa bintang maupun bulan.

"Langitnya aestethic juga" monologku.

Aku sangat bersemangat akan hal ini, aku sudah membayangkan bagaimana serunya nanti jika aku menjadi seorang pengelana, berpetualang mengarungi daratan, bertemu dengan banyak orang baru dan tentunya akan menjadi kisah yang menyenangkan selama aku berada di isekai ini.

'Bye-bye genre slice of life! Genre advanture, aku datang!' Batinku riang sembari mengambil langkah besar untuk benar-benar pergi dari mansion dengan senyuman kecil yang terpampang di wajahku.


So I'm a Bug, So What?


Ngiihaahhh

Klotak klotak

Suara kuda yang tiba-tiba terdengar mampu membuat perhatianku teralihkan untuk mencari-cari dari mana asal suara tersebut. Bukannya apa-apa, hanya saja saat ini aku sedang berada di bagian luar sebuah kedai yang menyediakan fasilitas makan di bagian luar kedai dan duduk di salah satu bangkunya hendak menyantap sarapanku, jadi aku merasa aneh saja jika ada seseorang yang membawa kudanya mendekat ke sebuah kedai. Sangat mengganggu.

So I'm a Bug, So What?Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora