48. Serangan Jantung?

456 89 2
                                    

Third Person's POV

Setelah berjumpa dengan seorang gadis bernama Yvonne yang belakangan ini ia rasa kerap mengganggu pikirannya, dengan kecepatan lompatannya Louis masuk ke kamarnya melalui balkon seraya memegangi dadanya yang berdegup kencang.

Dalam hatinya ia merasa sedikit panik, segeralah ia menyuruh kesatria bayangannya untuk memanggilkan tabib secepatnya, tentunya perintah itu langsung disanggupi.

Tak butuh waktu lama, pintu kamarnya langsung di buka oleh Reiner, ajudan pribadi Putra Mahkota yang datang membawa sepuluh orang tabib bersamanya.

"Yang Mulia, apa yang terjadi?" tanya panik Reiner saat mendapati junjungannya yang sedang berdiri seraya memegangi dadanya.

"Aku terkena serangan jantung, cepat periksa!" Perintah Louis dan langsung merebahkan tubuhnya di atas ranjang.

Mendengar itu, tentu saja semua orang langsung merasa terkejut dan panik seketika. Kesepuluh orang tabib langsung bergegas mempersiapkan apa yang mereka bisa. Ada yang langsung meracik obat, ada juga satu orang tabib paling senior yang langsung memeriksa keadaan Louis dengan cekatan.

Sementara sisanya berjejer dengan rapi di belakang, mereka tahu apa yang harus mereka lakukan. Sementara itu, Reiner sang ajudan Putra Mahkota wajahnya sudah pucat pasi di belakang sana.

Ia sama sekali tidak menyangka bahwa junjungannya akan mengalami gejala penyakit seberbahaya itu, ia merasa gagal sebagai ajudan sekaligus tangan kanannya.

Saat mendapati kabar dari ksatria bayangan tentang kondisi Putra Mahkota, ia langsung bergegas memanggil sepuluh orang tabib istana.

Penerus raja selanjutnya tidak boleh sampai jatuh sakit apalagi sakit jantung yang jelas sangat membahayakan nyawa, maka membawa sepuluh orang tabib sekaligus sama sekali bukanlah suatu hal yang berlebihan menurutnya.

Setelah mengecek keadaan fisik Putra Mahkota, tabib senior yang memeriksa justru merasa heran dan kebingungan.

Untuk memastikan dugaannya, ia kembali memeriksa ulang keadaan tubuh Putra Mahkota, mulai dari detak jantung, denyut nadi, aliran darah, hingga pernafasan, semuanya tampak normal.

Ia jadi ragu dengan diagnosisnya sendiri, menyadari gelagat tabib yang aneh, Putra Mahkota yang tidak sabar pun menegurnya.

"Ada apa?"

"Maafkan saya Yang Mulia, namun berdasarkan hasil diagnosa saya secara pribadi yang telah berpengalaman menjadi tabib selama belasan tahun di ist-.."

"Langsung pada intinya!" Perintah Louis, ia tidak senang dengan orang yang bertele-tele.

"K-kondisi fisik dan jantung anda sangat normal dan sehat, Yang Mulia,"

"Apa kemampuan diagnosamu menjadi berkurang setelah sejauh ini menjadi tabib senior di istana?!" cibir Louis, tentu ia merasa kesal dengan pernyataan yang didengarnya itu.

Padahal ia sudah sangat yakin jika jantungnya sedang tidak baik-baik saja, beberapa waktu lalu jantungnya terasa berdegup sangat kencang hingga rasanya mau keluar, tidak mungkin kondisi jantungnya sedang baik-baik saja.

"Periksa sekali lagi oleh tabib lain." Mendapatkan perintah dengan tatapan tajam itu, semua tabib disana bergidik ngeri.

Sambil menahan rasa takutnya, satu orang tabib senior lain melangkah maju mendekati ranjang Putra Mahkota dan mulai memeriksa dengan cara yang sama seperti tabib sebelumnya.

Rasa takutnya kian bertambah saat dirinya mendapati kenyataan bahwa tubuh Putra Mahkota memang sedang baik-baik saja, bahkan sangat vit. Itu artinya, diagnosanya akan sama seperti tabib sebelumnya.

So I'm a Bug, So What?Where stories live. Discover now