1. Berpindah ke isekai

3.6K 441 9
                                    

Setiap hari terasa melelahkan bagiku. Dari pagi sampai siang aku giat berlatih sebagai seorang atlet panah. Setelahnya dilanjutkan dengan pekerjaan paruh waktuku di salah satu caffe ternama di kotaku dan malamnya aku kuliah, kebayang 'kan gimana sibuknya aku?

Meski begitu, aku tetap menyempatkan diri untuk melakukan kegiatan menyenangkan yang merupakan pekerjaan sampingan sekaligus hobby-ku ini. Bisakah kalian menebaknya? Yap, aku adalah seorang penulis.

Saat ini, aku bisa dibilang penulis yang cukup sukses. Aku meraup banyak keuntungan karena buku-buku yang kutulis sangat laris di pasaran. Tidak hanya menulis untuk dicetak sebagai buku, aku juga kerap menuangkan karya tulisku berupa penggambaran visual yang bisa di akses secara online oleh siapa pun, orang-orang biasa menyebutnya manhwa.

Penggambaran visual yang bagus kerap kali membuat siapa pun yang membaca karyaku serasa dimanjakan karenanya. Yah, yang satu ini bukan aku yang bilang sih pada awalnya. Tapi banyak dari followers dan pembacaku yang bilang begitu, dan dengan bangga aku pun mengakuinya karena bagaimana pun juga hasil kerja kerasku digemari banyak orang, tentunya aku sangat senang akan hal itu.

Aku kerap kali mengorbankan waktu tidurku, dengan kata lain bergadang hanya untuk mengerjakan kelanjutan cerita dari manhwaku yang statusnya masih on going, seperti yang kulakukan saat ini. Ini cukup merepotkan tapi aku menyukainya.

Oh, iya! Sepertinya aku melupakan hal sangat penting. Yaampun, bagaimana bisa aku lupa memperkenalkan namaku ya? Namaku Yvonne Orianthie Van Eckart dan lebih suka dipanggil menggunakan nama depan, Yvonne.

Secara tampilan luar sih aku hanya seorang gadis berumur 19 tahun biasa yang memiliki warna rambut serta nerta yang sama, yaitu hitam legam. Tidak ada spesial-spesialnya kurasa.

Jam sudah menunjukkan pukul 02.00 dini hari, tapi aku masih dengan semangatnya mengerjakan pekerjaanku yang nantinya akan menjadi kelanjutan manhwaku ini. Tentu saja mataku bisa kuat sampai sekarang karena aku ditemani oleh secangkir kopi. Ralat, tidak bisa dibilang secangkir karena sebenarnya aku sudah menghabiskan 3 cangkir kopi.

Masih sibuk berkutat dengan Display tablet-ku, sekejap aku mengalihkan atensiku darinya guna meregangkan otot-ototku yang kaku karena telah duduk dengan satu posisi yang sama dalam waktu yang lama. Puas meregangkan otot-ototku, kemudian aku beralih pada secangkir kopiku berniat untuk meminumnya, tapi ternyata kopi itu sudah habis lagi tanpa kusadari.

"Ahh, ternyata sudah habis lagi."

Aku bangkit dari dudukku dengan maksud ingin menyeduh kopi lagi untuk kesekian kalinya. Tapi, belum sempat aku melangkahkan kakiku menuju dapur, rasa-rasanya ada yang aneh dengan kepala serta penglihatanku.

Benar saja, sepersekian detik kemudian aku merasa pusing dan kunang-kunang, seketika kepalaku terasa begitu berat saat itu juga. Tidak hanya itu, penglihatanku yang mulanya normal pun dengan cepat memburam dan menghitam. Dalam sekejap hanya kegelapan yang kulihat.

'Sial, kumat lagi' Umpatku dalam hati yang merutuki penyakit darah rendah sialanku ini.

Meski begitu, setidaknya aku masih dalam keadaan sadar dengan semua gejala darah rendah ini. Tidak lama setelahnya aku merasakan tubuhku ambruk ke lantai dengan kerasnya serta dibarengi dengan nyaringnya suara cangkir yang terlepas dari lenganku sehingga membuatnya jatuh dan pecah berkeping-keping.

Aku dapat merasakan beberapa benda tajam yang sepertinya merupakan serpihan cangkir yang terpental itu mengenai wajah dan kepalaku hingga beberapa darinya menancap disana. Setelahnya aku merasakan sebuah cairan kental mengalir dari kepala serta kulit wajahku yang ditancapi serpihan cangkir tersebut. Ah, aku yakin itu pasti darahku.

So I'm a Bug, So What?Where stories live. Discover now