22. Petarung Amatir

970 165 0
                                    

"Hmmpphhh!"

"Hmmmphh"

'Sialan!'

Aku berusaha sekuat mungkin untuk melepaskan sekapan tangan besar di mulutku ini. Gila, telapak tangan orang ini terasa kekar dan bau sekali, dia pikir siapa dia berani-beraninya melakukan ini padaku hah? Ini terjadi semenjak aku mendengar suara asing dari arah belakangku yang mengatakan 'kena kau!' dan tanpa persiapan apa-apa tiba-tiba saja aku sudah diperlakukan seperti ini.

Tubuhku terus memberontak saat seorang pria yang menyekap mulutku ini memperlakukanku secara kasar, satu lengannya yang lain memegangi kedua lenganku yang dicengkram dengan kasar ke belakang tubuhku. Sial, kekuatan fisiknya pasti kuat sekali hingga ia bisa melakukan dua hal tersebut sembari menyeretku ke suatu ruangan yang berada di bekas kediaman bangsawan Duke Adellard ini.

Entah hanya perasaanku atau apa, aku seperti merasakan adanya aura negatif yang berasal dari suatu ruangan yang sepertinya akan menjadi tempat tujuan pria kekar ini membawaku. Sambil masih memberontak, aku merasakan kepanikan yang menyeruak di dalam dadaku kala pintu ruangan itu semakin dekat jaraknya seakan sensor pendeteksi akan bahaya dalam tubuhku sedang aktif.

Aku yang sudah panik itu pun mencoba semakin keras memberontak, aku menahan tubuhku sekuat mungkin agar setidaknya dapat sedikit memperlambat jalannya pria itu, tapi sepertinya itu tidak berpengaruh sama sekali terhadapnya yang memiliki stamina yang jauh diatasku.

Aku yang tak lagi terbiasa dengan sebuah perlakuan kasar pun tentu saja tidak terima, tak kehabisan akal, aku mencoba menendang sekuat tenaga tulang keringnya yang berada di belakangku itu menggunakan satu kakiku hingga membuatnya merintih sesaat, yap, bukankah tulang kering itu kelemahan semua orang?

"Ck, DIAM!" Bentak pria itu sambil terus berjalan. Sial, tendanganku yang tadi itu ternyata tidak mampu membuatnya setidaknya memperlambat gerakannya sedikit pun. Tidak heran dia ditugaskan sendiri untuk menangkapku, toh dia sendiri pun sudah cukup kuat.

Kriett

Pintu ruangan yang kuwanti-wanti sedari tadi pun terbuka oleh seseorang dari dalam dan pria yang menyeretku ini pun langsung saja mendorongku ke dalam sana hingga membuatku jatuh tersungkur ke lantai.

Saat tersungkur itu lah aku menyadari adanya beberapa orang lagi di dalam ruangan ini yang sepertinya memang tengah menanti kedatanganku. Aku melihat banyak kaki-kaki yang mendekat dan berhenti didekatku, mereka mengelilingiku. Terlihat dari alas kaki yang dikenakan, sepertinya mereka semua lelaki.

Brak!

Pintu itu kembali di tutup dengan kencang, siapa pun yang berada di posisi yang sama sepertiku pastinya tahu kalau aku sedang dalam situasi yang buruk. Sial, lagi-lagi apa yang harus kulakukan? Haruskah aku mengalami kejadian sial lagi?

Salah satu orang yang mengeliliku yang posisinya tepat berada di depanku itu perlahan berjongkok dengan satu lututnya yang menyentuh lantai sementara lututnya yang lain ia buat untuk menompa satu lengannya.

Dengan tangan satunya yang menganggur, ia mulai menjulurkan jari telunjuknya itu untuk mengelus daguku berniat untuk menggodaku. "Kau cantik sekali, nona"

"Aku tahu!" Seruku garang dan dengan cepat menggigit jari telunjuknya yang nakal itu.

'Huekk, ampas bet rasanya jir...' Aku membatin dengan perasaa jijik dan tanpa sadar aku telah membuat raut wajah seperti orang yang ingin muntah setelah menggigit jarinya.

Sang empu yang mendapat perlakuan seperti itu pun nampaknya tak terima, ya jelas lah! Meski tak terdengar suara rintihan sakit darinya, aku yakin rasa malunya lebih tinggi daripada rasa sakitnya karena yang tadi itu dilihat oleh rekannya yang lain, itu terlihat dari lengannya yang kini mengepal kuat.

So I'm a Bug, So What?Where stories live. Discover now