6. Pria penyelamat

1.9K 277 3
                                    

“Apa kalian sudah puas tertawanya?”

Mereka hanya diam sejenak atas perkataanku tersebut, saling memandang dan akhirnya lanjut tertawa lagi. Sial, ini menyebalkan bagiku, ingin sekali rasanya aku menampol kedua wajah sok mereka itu. Tapi aku masih menahannya.

Aku menunggu sampai mereka selesai tertawa dulu baru angkat suara lagi agar mereka dapat mendengar dengan jelas setiap perkataanku nantinya.

“Kami sudah selesai tertawanya, jadi kau boleh melanjutkan perkataanmu. Nona perawan” Salah seorang penjaga tersebut mengendipkan salah satu matanya diakhir kalimatnya.

Huwekkk.. Rasa-rasanya aku mau muntahkan isi perutku pada wajah jelek yang berlaku genit seperti itu kemudian mencolok kedua matanya dengan jariku. Tapi tidak mungkin diriku yang suci ini melakukan tindakan kotor seperti itu. Maka dari itu, sepertinya aku pun hanya bisa mengandalkan bacotan saja untuk menyerang mereka balik.

“Kurasa seorang gadis perawan yang datang dari desa dan memiliki barang beharga yang akan dijualnya di rumah pelelangan masih jauh lebih baik daripada seorang pecundang yang selalu kalah dalam berjudi, yang hanya tau cara menghamburkan uang ibunya dan rela disodomi hanya demi bayaran yang bahkan tak seberapa, pfft...-” Ucapku yang sengaja kutahan karena ingin tertawa saat melihat wajah mereka yang menegang seketika. Sungguh, aku mati-matian mempertahankan wajah sinisku.

“-...Dan kurasa gadis perawan ini juga masih jauh lebih baik daripada seorang pengecut yang bahkan tak berani untuk membalas dendam pada pembunuh adiknya dan malah mengemis kehidupan pada pembunuh yang seharusnya menjadi musuhnya itu dan terus menjilatnya hanya demi uang, haha” Aku mengakhiri perkataanku dengan tawa kecil dan sekarang gantian aku yang menatap remeh pada mereka berdua.

Lihatlah wajah mereka, sangat memerah seperti tomat. Jelas sekali kalau mereka sedang menahan malu sekaligus amarahnya. Yah, karena semua yang kukatakan barusan adalah fakta sih. Aku jelas mengetahuinya karena aku sengaja membuat kisah yang cukup suram untuk para pegawai yang ada di rumah pelelangan ini.

Bukan tanpa alasan, kisah itu sebenarnya adalah bukti kalau pemilik dari rumah pelelangan ini adalah orang keji yang memperkejakan orang-orang semacam mereka berdua hanya karena mereka rela dibayar rendah. Dan yang kusebutkan itu tentunya belum seberapa.

‘Ups.. Kurasa aku telah membuat mereka mencapai batas amarahnya. Mari kita lihat apa yang akan mereka lakukan.’

“K-kau..”

“Ba-bagaimana bisa kau...”

Mereka yang sudah tidak bisa menahan amarahnya lagi itu pun langsung melayangkan tombak yang mereka pegang ke arahku berniat untuk menyerangku. Aku yang terkejut dengan perlakuan mendadak mereka pun spontan mundur untuk menghindari sejata tajam tersebut.

Seketika itu pula seorang pria yang tak kukenal tiba-tiba ada di depanku dan menghalau kedua tombak para penjaga tersebut dengan menggunakan pedangnya.

“Menjauhlah!” Titah pria itu yang ditujukan padaku. Aku segera menuruti perkataanya dan pergi menuju pojok ruangan ini.

Untung saja ruangan ini cukup luas, jadi kurasa aman-aman saja berada di pojok ruangan ini sambil menonton mereka demi memuaskan rasa penasaranku. Lagipula sebenarnya menyaksikan pertarungan secara langsung seperti ini adalah salah satu impianku dari dulu.

Pria yang entah siapa itu melawan serta menangkis berbagai serangan atas kedua penjaga tersebut dengan lihainya. Waw, dia sepertinya pria yang sangat hebat. Mungkin seharusnya aku sedia popcorn untuk menyaksikan ini.

Sring sring sring

Hanya suara pedang yang beradu dengan tombaklah yang memenuhi indra pendengaranku saat ini. Ini luar biasa! Pria itu terlihat sangat hebat, dia bisa menang melawan dua orang sekaligus. Dalam waktu singkat, kedua penjaga itu pun sudah terkapar lemas tak berdaya di bawah sana.

So I'm a Bug, So What?Where stories live. Discover now