32. Predator

24 4 3
                                    

Ryuu tercenung setelah mendengar pertanyaan sederhana dari gadis itu. 'Anda siapa?' katanya? Separah apa dampak darkness bagi Skykid Vault sehingga ingatan Auris bisa hilang hanya dalam beberapa jam?

"Auris." Suara Ryuu sedikit tercekat oleh kekhawatiran. Namun ia mencoba berpikir positif, mengingat cerita Rahya bahwa Auris pernah berbohong dengan mengatakan tidak memiliki Guider agar Ryuu tidak terseret masalah. "Aku bertanggung jawab atas keselamatanmu. Kau tidak perlu pura-pura tidak mengenalku untuk menjauhkanku dari masalah."

Namun mau dilihat bagaimanapun, Auris tidak terlihat seperti sedang berbohong. Saat Ryuu menggenggam tangan Auris untuk menenangkannya, ekspresi gadis itu malah benar-benar terlihat ketakutan. Ryuu segera melepas genggamannya dari tangan Auris dan yang dilakukan gadis itu setelahnya adalah beringsut menjauh dari pemuda itu, bergeser ke sebelah kanan ranjang.

Rahya yang tadinya hanya mengamati di dekat pintu tertarik untuk mendekat. “Ada apa?”

“Dia…” Ryuu menjawab dengan nada tak yakin. “Dia tidak mengingatku.”

“Kau benar-benar yakin dia memang ‘Auris’ yang kau kenal? Kau tidak salah orang, kan?”

Ryuu memutar matanya. “Tidak salah orang.”

Mendengar jawaban Ryuu yang begitu yakin, Rahya ikut mendekati ranjang Auris dari sisi kanan. Membuat Auris harus beringsut menjauh dari Rahya ke sisi kiri, tetapi ia sadar kalau ada orang lain di sisi kirinya, jadinya ia terbaring kaku di tengah ranjang sambil menutup wajahnya dengan selimut. "Ja…ngan… mende…kat…"

"Ada apa, Nona? Tidak perlu takut." Kali ini Rahya yang bicara pada Auris. "Ingat saya? Saya yang mengantar Anda ke rumah sakit. Kali ini saya pun akan mengantar Anda pulang."

Mendengar suara lembut Rahya, Auris menurunkan selimutnya sebatas hidung, lalu mengintip di balik selimutnya. "Pu…lang…?"

Rahya mengangguk dan tersenyum sambil membungkukkan badan, mencoba untuk sedekat mungkin dengan Auris. Namun gadis itu langsung kembali bersembunyi di balik selimut. Dari gerakan selimutnya terlihat bahwa Auris sedang menggeleng kuat-kuat. "Jangan… mendekat… Nanti kalian… akan berubah… menjadi… seperti Mira…"

"Siapa Mira?" tanya Ryuu pada salah satu perawat yang masih berjaga di dekatnya.

"Pasien di ranjang sebelah," jawab perawat itu. "Namun ia sudah meninggal dan Nona ini melihat sisa-sisa tubuhnya di atas ranjang."

Ah, melihat kematian Skykid lain, apalagi untuk pertama kalinya merupakan pengalaman yang cukup membuat siapapun merasa ngeri. Tak terkecuali bagi Ryuu sendiri. Melihat orang yang hidup dan bergerak seperti biasa, lalu di menit berikutnya orang itu berubah menjadi batu yang rapuh dan dengan mudahnya luruh menjadi kerikil dan pasir, bahkan hanya dengan tiupan angin yang pelan.

Apa Auris merasa bahwa kematian pasien itu adalah karena kedatangannya ke ruangan ini? Tentu saja bukan seperti itu. Hidup dan matinya seseorang telah tertulis dalam takdir. Namun membicarakan takdir pada Auris untuk menenangkannya sekarang pun bukan saat yang tepat. Ia harus membawa gadis itu pergi secepat mungkin agar mendapat penanganan dari obat-obatan Uri. Membawanya sekarang dengan keadaan seperti ini bisa membuatnya panik dan malah memperburuk kondisinya.

"Dokter," Ryuu menoleh pada seorang laki-laki yang mengenakan kacamata, "bolehkah saya minta pasien ini untuk dibius total agar saya bisa lebih mudah membawanya pulang?"

Dokter itu melirik kedua Council yang mengawasi di luar ruangan. Aditya dan Chandra hanya mengangguk dan dokter itu pun mengiyakan permintaan Ryuu. Ia menyuntikkan sesuatu pada tangan Auris yang membuatnya tenang dan tertidur.

Tidak ada kendaraan semacam ambulans di dunia ini. Karena itu Ryuu sendiri yang harus membawa Auris dalam gendongannya. Setelah para perawat kembali membalut darkness di kaki Auris dengan lapisan kain, Ryuu membawa gadis itu ke kediaman Uri dengan Rahya yang mengekorinya.

ProphecyWhere stories live. Discover now