1. Butterfly Charmer

87 15 0
                                    

Di sebuah taman dengan padang rumput yang luas, seorang gadis muda terduduk di kursi batu yang panjang di tepi sebuah kolam besar sembari meregangkan kaki dan tangan. Lalu ia membuka topeng, menyingkirkan penghalang antara pernapasan dan udara segar di tempat itu. Udara sejuk langsung mengisi rongga dadanya, mengalirkan kesegaran yang menjernihkan pikirannya hingga ia siap untuk mengurai apa saja yang terjadi beberapa waktu lalu.

Gadis itu yakin ia telah mati. Di dunia yang berbeda, ia telah menutup mata sambil merasakan sakitnya sekarat. Kemudian hal pertama yang ia ingat saat membuka mata adalah tempat dengan hamparan pasir yang luas dengan langit yang teduh dan tak terlihat ada kehidupan. Maka ia berjalan tak tentu arah, mendekati setiap kerlip yang ia lihat, dan menemukan sesosok cahaya yang berdiri membentuk manusia.

Ketika ia coba menyentuhnya, cahaya itu buyar berputar-putar hingga akhirnya terserap ke dalam tubuh gadis itu. Memberinya kehangatan yang meresap ke setiap pembuluh darah, membuatnya ingin mencari cahaya semacam itu dan kembali merasakan sensasi hangat itu lagi. Cukup lama ia berjalan-jalan di tempat itu dan menemukan beberapa sosok cahaya yang membuat tubuhnya makin terasa bugar.

Ah, bagian paling asyiknya adalah ketika gadis itu sadar bahwa ia dapat terbang di dunia ini. Dengan jubah coklat yang mengepak di punggung, ia terbang dari tempat berpasir itu ke taman hijau ini.

Tapi sebenarnya… ini tempat apa? Aku ada di mana?

Matanya memindai sekeliling. Taman itu sedang ramai. Banyak orang-orang berambut putih bersih dengan baju dan jubah beraneka warna melakukan beragam kegiatan menyenangkan. Dari tempatnya, ia melihat seseorang berjubah ungu sedang duduk memainkan alat musik serupa keyboard dikelilingi orang-orang yang menontonnya. Di tempat lain, orang-orang sedang piknik, sementara kerumunan lain saling mengobrol asyik.

Makin lama melihat mereka, gadis itu semakin sadar bahwa dengan baju dan celana pendek berwarna putih tulang, jubah coklat dengan tiga bintang tersusun vertikal di punggung, dan topeng sewarna karamel, penampilannya terlihat bagai ngengat di antara kumpulan kupu-kupu.

“Lihat ke sana, ada Moth Vault!”

Sebuah bisikan samar sampai ke telinga gadis itu. Ia menoleh dan menemukan dua orang gadis berambut panjang dengan topeng rubah yang tersentak kaget saat tatapan mereka beradu. Tanpa kata, mereka buru-buru menghindar.

Melihat reaksi mereka, gadis itu makin merasa tak nyaman. Moth? Apa aku benar-benar terlihat seperti ngengat di mata mereka?

Setelah itu, entah kenapa rasanya makin banyak orang yang memandang aneh dirinya. Ia ingin pergi dari situ. Namun belum sempat ia berdiri dari kursi, seseorang menepuk pundaknya.

“Halo!”

Seorang anak laki-laki bertopeng coklat dengan poni yang menutupi dahi, mengenakan baju dan celana pendek warna putih tulang, dan berjubah coklat dengan hanya satu bintang kecil di punggung. Satu-satunya orang yang berpenampilan seperti dirinya. Gadis itu berpikir, apa anak ini juga baru 'terlahir' di dunia ini sama sepertinya?

"Aku Uri! Nama kakak siapa?" tanyanya lagi dengan nada ceria.

Siapa namaku? Gadis itu mengingat-ingat namanya di kehidupan sebelumnya, nihil. Jadi ia harus mengarang nama baru. "Namaku Auris."

"Kak Auris!" Uri duduk di sampingnya. Anak itu masih mengenakan topeng, tapi dari nada bicaranya, Auris bisa membayangkan wajah Uri yang berseri-seri. "Kakak ke sini dengan siapa?"

"Eh… sendiri."

Uri memiringkan kepala. Meskipun tak bisa melihat mata Uri, Auris merasa tatapan anak itu seperti menyangsikan. "Sungguh? Tidak ditemani Guider?"

ProphecyDonde viven las historias. Descúbrelo ahora