25. Snoozing Carpenter

25 4 1
                                    

Lokasi yang Ryuu tuju adalah suatu tempat di dekat rumah sakit terbesar yang ada di Valley. Saat terbang, pemuda itu bisa melihat bangunannya yang kokoh dan besar dengan beberapa menara yang membuatnya malah terlihat lebih mirip kastil. Begitu mendekati kawasan rumah sakit, Ryuu berbelok memasuki sebuah gua yang pintu masuknya tersembunyi—tetapi tidak tertutup—oleh sebuah batu besar. Ryuu disambut oleh sebuah lorong sempit yang gelap.

Ia menyusurinya sambil melihat pintu-pintu kayu di sepanjang jalan. Barulah saat menemukan pintu kayu yang ia kenal, Ryuu membukanya. Dilihatnya beberapa kursi dan meja ala restoran tetapi dengan sekat yang membuat pelanggannya tidak bisa melihat satu sama lain, kemudian sebuah meja kayu panjang, meja bar yang memisahkannya dengan ruangan lain di belakang meja itu. Meja itu dijaga oleh seorang Moth, remaja laki-laki yang terlihat seumuran dengan Auris, berjubah coklat dan mengenakan topeng.

Bukan orang yang biasa berjaga, pikir Ryuu.

Pemuda itu membuka topengnya dan mendekati meja. “Permisi. Saya ingin pesan satu liter.”

Moth itu bergeming, kepalanya sedikit miring seolah memerhatikan sesuatu di wajah Ryuu, atau jika Ryuu boleh menebak, Moth itu seperti memerhatikan deretan giginya. “Maaf, Tuan. Jika Anda berniat membeli satu liter arak, tempatnya ada di tiga pintu ke kiri di seberang ruangan ini.”

Pertama, ia tidak pernah minum minuman keras. Kedua, memang bukan itu yang ingin ia pesan. Ryuu menggeleng, merasakan isi kepalanya yang ikut terguncang saat ia menggerakan kepala. “Tidak. Saya masuk ke ruangan yang benar. Saya ingin pesan satu liter darah.”

Moth itu masih bergeming, membuat Ryuu sedikit tidak sabar karena rasa sakit di kepala dan dada yang ia rasakan ikut memengaruhi emosinya. “Tuan, Anda bisa mendapatkannya di rumah sakit jika memang memerlukannya untuk transfusi.”

“Ini untuk diminum!” Suara Ryuu sedikit menyentak. Bahkan Moth itu berjengit kaget mendengarnya. Pemuda itu dengan cepat meredam emosinya dan berbicara dengan lebih tenang. “Saya memesan darah untuk diminum. Makanya saya masuk ke ruangan ini.”

Entah Moth itu sedang berusaha bersikap profesional atau apa, ia tetap tidak beranjak menyiapkan pesanan Ryuu. “Maaf, Tuan. Pembelian darah di sini tidak bisa diwakilkan. Jika Anda dititipi pesanan oleh seseorang dari Klan Vampir, katakan padanya bahwa ia harus membelinya sendiri.”

Astaga. Ryuu memijat pelipisnya yang berdenyut. “Bukan titipan. Darah itu untuk saya minum sendiri.”

Sekali lagi, Moth itu tetap diam di tempat. Kalau saja Ryuu tidak terbiasa menjaga sikap, sudah ia belah meja kayu itu sampai terbelah jadi dua. “Tapi Anda bukan Klan Vampir, Tuan.”

Ryuu bungkam, hanya menyodorkan selembar kertas, surat dokter yang ia tunjukkan pada penjaga gerbang tadi. Moth itu mengambilnya dan baru dua detik, kertas itu langsung ia kembalikan. Entah dibaca atau tidak.

“Atasan saya tidak pernah memberitahukan tentang ini. Saya tetap berpegang pada aturan yang telah diamanatkan pada saya. Tidak boleh ada yang membeli darah dari sini selain Klan Vampir,” ucapnya datar.

“Kau anak baru, kan? Kalau begitu saya ingin bertemu dengan atasanmu.”

“Atasan saya sedang istirahat. Saya yang berjaga saat ini.”

Ryuu benar-benar menahan diri untuk tidak melompat melewati meja itu dan menerobos masuk ke ruang di belakang meja.

“Kalau begitu saya akan menunggu hingga atasanmu keluar.”

“Silakan saja menunggu sampai pagi.”

“Hei, ada ribut-ribut apa di sini?” Pintu di belakang Moth itu terbuka, memperlihatkan seorang laki-laki lain yang berjubah biru dengan motif yang mengingatkan Ryuu pada seekor ubur-ubur. Laki-laki itu lalu melihatnya. “Eh, Ryuu?”

ProphecyWhere stories live. Discover now