10. Indifferent Alchemist (3)

23 9 0
                                    

“Kau bilang dia sudah sembuh total?”

Sayup-sayup Auris bisa mendengar suara Ryuu yang berbicara pada Uri, suaranya sedikit bernada menyangsikan. Sambil menyimak pembicaraan mereka, Auris berjalan lurus perlahan, dari ujung ke ujung ruangan sesuai instruksi Uri untuk mengetes keseimbangannya yang tiba-tiba bermasalah sambil menahan rasa pening yang tiba-tiba menyerang sejak tadi sore.

“Kan sudah kubilang pengobatannya belum selesai! Sepertinya ada yang memicu otak Kak Auris sehingga keseimbangan dan koordinasi gerakan tubuhnya terganggu!” balas Uri dengan suara meninggi. 

Mata Auris masih berkunang-kunang dan jalannya terhuyung-huyung. Ia tak yakin apa sekarang ia masih berjalan lurus atau tanpa sadar berbelok-belok. Masih setengah jalan sebelum sampai ke ujung ruangan.

Uri masih melanjutkan kalimatnya. “Sudah kubilang Kak Auris harus aman dari benturan kepala! Tadi kau membawa Kak Auris keluar, kan? Kau apakan dia sampai kondisinya jadi begini?!”

“Aku hanya menemaninya mencari winged light. Aku sudah memastikan kepalanya tidak terbentur apapun,” jawab Ryuu datar, tapi Auris bisa menangkap rasa kesal dalam ucapan Ryuu.

Memang benar, hari ini Uri libur dari kegiatannya berjualan dan Ryuu mengajak Auris untuk mencari sosok cahaya berbentuk bocah itu. Ryuu bilang winged light adalah energi utama bagi Skykid yang akan memperkuat ketahanan tubuh. Tidak ada lokasi pasti di mana winged light biasa muncul, jadi mereka harus membuka mata lebar-lebar untuk menemukannya di seluruh tempat. Dalam sehari itu mereka hanya bisa menemukan lima winged light setelah memindai sebagian tempat di Daylight Prairie. Satu winged light hanya bisa diambil oleh satu orang dan Ryuu membiarkan Auris mengambil kelimanya.

Merasa pening di kepalanya berangsur-angsur terangkat, Auris bisa berjalan lebih cepat sekarang.

Uri bertanya lagi. “Kalau begitu kenapa Kak Auris tiba-tiba jatuh saat sedang menyapu tadi?!”

Gadis itu meringis. Mengingat bagaimana ia tadi bisa terjatuh karena tersandung kakinya sendiri membuatnya malu sampai ke ubun-ubun. Bukannya cuma kecerobohanku? Tidak usah dibesar-besarkan…

“Jelas-jelas Auris jadi begitu beberapa saat setelah meminum obatmu. Kamu yakin sudah memberikan ramuan yang benar? Kulihat itu seperti obat yang berbeda dengan yang biasa kau sediakan tiap sore,” balas Ryuu.

Ah iya, dari rasanya pun Auris bisa tahu kalau minuman yang ia teguk tadi sore adalah obat yang berbeda dari yang biasa diminumnya hari-hari lalu. Kalau biasanya rasa obatnya gurih seperti kuah kaldu, kali ini terasa agak pedas seperti kuah mie rebus yang biasa ia makan saat masih menjadi manusia.

Auris sudah sampai di sudut ruangan tempat dimana ia mulai berjalan lurus bolak-balik. Sembari menunggu Uri dan Ryuu yang masih berdebat, apa ia harus berjalan bolak-balik sekali lagi?

Baru saja Auris akan melangkah, tubuhnya mendadak lemas. Auris menggigil kedinginan seakan kehangatan dari tubuhnya tiba-tiba menguap. Kepalanya kembali berdenyut. Terus berdiri tidak akan membuat peningnya reda, maka gadis itu memilih untuk duduk di lantai.

Uri masih membalas ucapan Ryuu, “Itu memang ramuan yang berbeda, tapi itu memang tahapan pengobatannya! Aku tidak akan seceroboh itu sampai memberikan ramuan yang salah!” 

“Tuh, Auris sudah selesai berjalan dari ujung ke ujung.”

Suara Luka menghentikan perdebatan Ryuu dan Uri sekaligus membuat Auris sadar kalau selama ini Luka mengawasinya. Dengan pandangan yang sudah tidak terlalu berkunang-kunang, Auris bisa melihat Luka berdiri kaku di depan pintu. Menyadari Auris sedang melihatnya, Luka membuang muka.

Dipikir-pikir, selama ini Luka selalu terang-terangan mengawasinya saat sedang melakukan apapun. Namun ia sama sekali tak pernah berbicara pada Auris atau sekadar membalas sapaannya.

Siapapun pasti tidak enak bila diperlakukan seperti itu oleh teman serumahnya, kan? Auris membatin, Jangan-jangan aku tidak sadar sudah berbuat salah pada Kak Luka?

Uri berbalik pada Auris, panik. “Ah–Gara-gara Kak Ryuu berisik aku jadi gak sempat merhatiin Kak Auris!”

Ryuu berdecih pelan. “Dokter macam apa yang sampai dengan mudah teralihkan dari pasiennya?”

“Anu… Kalau perlu, aku bisa mengulangi tesnya, kok,” sela Auris sambil susah payah berusaha berdiri, tapi ia malah oleng. Gadis itu nyaris rubuh ke lantai jika tidak ditangkap oleh Ryuu.

Tangan Ryuu melingkari pinggang Auris, menjaganya agar bisa berdiri. Sementara kepala Auris yang makin terasa berat bersandar pada dada Ryuu. Di tengah panca indranya yang semakin memudar kepekaannya, Auris masih bisa mendengar suara pelan pemuda itu. “Bukan hanya wajahmu yang mendadak sepucat kertas, kulitmu juga jadi sedingin es, Auris. Jangan memaksakan diri.”

“Kondisinya tadi sempat sedikit membaik, sampai bisa menambah kecepatan jalannya.” Luka menambahkan. “Tapi dia mendadak seperti ini saat beberapa langkah terakhir. Sejak tadi juga jalannya tidak lurus, terhuyung-huyung dan lebih sering keluar jalur.”

Auris merinding. Kak Luka memerhatikanku sampai segitunya?

Ryuu menuntun Auris untuk duduk di tempat tidur. Setelah berbaring dengan nyaman, Uri langsung memeriksa kondisinya dan terkejut setelah menempelkan telapak tangannya ke dahi Auris. “Dingin sekali!”

“Setelah gangguan sistem koordinasi tubuh, sekarang apa? Gangguan aliran energi cahaya?” sindir Ryuu.

“Iya,” jawab Uri enggan, merasa kemampuannya diragukan. “Kepala itu bagian paling penting, tahu. Satu serangan fatal di kepala bisa berdampak pada banyak hal!”

“Maksudnya obatmu tidak manjur?”

Uri membentak. “Maksudnya penelitian tentang otak Skykid masih minim!”

“Kalian,” sela Luka. “jangan berisik di dekat orang sakit.”

Auris merasa sebenarnya kalimat itu sangat hangat dan keibuan, tapi jika diucapkan seperti cara Luka tadi, Auris merasa kalimat itu menusuk sedingin bilah belati. Seakan memiliki maksud tersirat bahwa dirinya yang sedang sakit sangatlah menyusahkan.

“Dia yang mulai tuh, Kak Luka!” Uri bersungut-sungut sambil berlalu mengambil sesuatu di lemari. Ryuu tidak merespon. Ia menarik kursi lalu duduk di samping tempat tidur sambil menggenggam tangan Auris erat.

Auris memerhatikan jemari pucatnya yang terbungkus dalam genggaman Ryuu. Rasa hangat mulai meresap dari telapak tangan, perlahan tapi pasti menyebar ke seluruh tubuh. Pemuda itu pernah bilang bahwa Skykid adalah light creature atau makhluk cahaya. Skykid bisa saling mengisi energi cahaya lewat sentuhan tangan.

Lalu Ryuu melepas tangan Auris. Sekarang jemari Auris tidak sepucat tadi. Beberapa saat kemudian Uri mendekat sambil membawa segelas minuman dengan uap tipis yang mengepul.

Ryuu menyeletuk. “Ramuan aneh apa lagi itu?”

“Kak Ryuu bawel, ah!” semprot Uri. “Ini cuma teh herbal khusus untuk membantu merilekskan pikiran dan tubuh supaya Kak Auris bisa cepat istirahat. Dengan kondisi tubuh yang tidak prima seperti ini aku tidak bisa memberinya ramuan lain.”

Auris bangkit dari posisi berbaring, mengambil gelas dari Uri dengan tangannya yang agak lemas dan meneguknya perlahan. Harum daun teh menyapa penciumannya lewat uap yang mengepul. Auris bisa menikmati teh ini. Rasa pahit khas daun teh sudah akrab di lidah dan ingatannya. Perlahan kantuk mulai membuat mata dan kepala Auris terasa berat. Uri menyandarkan kepala Auris ke bantal saat matanya mulai tertutup.






Note:

Rasanya alurnya lambat bener, ya ._.

Mau dipercepat langsung bagian konflik tapi kesannya nanti malah terlalu tiba-tiba.

Saya harus gimana :”>

ProphecyWhere stories live. Discover now