12. Butterfly Charmer (2)

21 7 8
                                    

“Sepuluh botol recharge potion, semuanya jadi empat puluh candles," kata Auris sambil mengatur vokalnya agar tetap jelas didengar meski suaranya teredam topeng tebal yang selalu ia pakai. Gadis itu menyodorkan sekotak kayu berisi botol-botol kaca yang mengandung cairan emas dengan sedikit serbuk yang membuat potion itu terlihat berkilauan.

Saat hari mulai siang, di Pasar Sanctuary tempat Uri biasa berjualan, para pemilik lapak sudah mulai merapikan barangnya dan bersiap untuk pulang. Uri sendiri memilih untuk tinggal sedikit lebih lama demi menjual beberapa botol spell yang tersisa agar mereka hanya perlu membawa kotak kosong saat pulang nanti.

Meskipun penglihatannya terbatas karena memakai topeng, dari sudut mata, untuk kesekian kalinya Auris bisa melihat Ryuu yang mengawasi lapak Uri dari jauh dengan menenteng kantong kertas berisi beberapa potong roti. Sebelumnya, saat tahu bahwa Uri masih belum juga bersiap-siap untuk tutup, Ryuu memilih menjauh, berkeliling pasar sebelum kembali sampai di depan kios Uri dan mendapati bahwa lagi-lagi dagangan Uri belum benar-benar habis. Begitu terus, dan ini yang kelima kalinya.

Bukannya Auris terlalu pede, tapi ia tahu kalau Ryuu sedang menunggunya. Dengan kikuk Auris menoleh ke arah lain. Terlihat Uri baru saja menjual botol-botol terakhir bagiannya. Berarti tinggal bagian Auris yang masih tersisa.

Pembeli di depan Auris menyerahkan setumpuk koin perak bergambar lilin. Meskipun sadar masih mengenakan topeng, Auris tetap tersenyum ramah dan mengangguk setelah menerima dan menghitung koin-koin itu. "Terima kasih sudah membeli! Semoga barangnya bermanfaat, ya!"

Auris membatin, sepertinya waktu masih jadi manusia aku tidak berpengalaman jadi kasir…

"Terima kasih kembali!" sahut si pembeli, seorang perempuan yang dari fisiknya terlihat seumuran dengan Auris. Juga dari pakaiannya yang sederhana, Auris bisa menebak kalau perempuan itu adalah orang yang baru lahir–atau moth seperti dirinya. Matanya berwarna hijau muda dan menurut penjelasan Ryuu, orang ini adalah Skykid Daylight Prairie.

"Oh ya, ngomong-ngomong," perempuan itu menoleh ke belakang lalu sedikit mencondongkan tubuhnya mendekati Auris dan berbisik, "laki-laki berjubah ungu di sana sepertinya memerhatikanmu terus. Dia guider-mu?"

Auris hanya mengangguk. Ia ingin cepat-cepat berkemas karena tidak mau Ryuu menunggu lebih lama lagi, tapi di sisi lain ia tidak enak kalau harus memutus obrolan dengan perempuan ini.

"Waaah, kamu beruntung banget bisa punya guider cogan kayak dia!" seru perempuan itu dengan nada iri yang lucu, bukan iri dengan kedengkian yang tersirat. Auris tertawa pelan menanggapinya.

Cogan… Cowok ganteng… Ganteng, ya? Mana kutahu wajah Kak Ryuu seperti apa!

Dan lagi, Auris sudah belajar satu pengalaman hidup yang berharga bahwa jangan mudah percaya pada orang lain hanya karena orang itu good-looking. Ia nyaris mati karenanya.

Auris menanggapi ucapan perempuan itu seadanya. "Punya guider yang sudah susah-susah meluangkan waktunya untuk mengajariku macam-macam pun aku sudah bersyukur, sih…"

***

Apa ini memang latihan yang normal untuk moth?

Auris berlari terengah. Keadaan pasir pantai yang halus dan tidak solid sedikit membuat pijakannya tidak stabil. Badannya agak sakit karena beberapa kali ditabrak makhluk berisik berwarna abu-abu gelap berbentuk seperti batu dan merayap yang menyerbu entah darimana.

Mungkin sekitar satu jam lalu, Ryuu menginstruksikan apa yang harus Auris lakukan. “Kamu harus terbang mengelilingi pulau utama Sanctuary sebanyak satu kali. Aku akan menunggu di dekat geyser. Kembalilah ke titik ini sebelum aku habis memakan lima potong roti. Kalau terlambat, kuberi kau tambahan latihan. Dan jangan coba-coba untuk curang.”

Pulau utama Sanctuary ini sangat luas dengan pasir putih yang mengelilingi sisi terluarnya. Memasuki pulau, akan ada gua-gua dengan lorong yang mengarah ke dataran yang lebih tinggi, dan di pusat pulau terdapat sebuah gunung yang seolah terbelah menjadi dua karena air terjun. Kalau saja Auris bisa terbang tinggi, untuk menghemat waktu, terpikir olehnya untuk cukup mengelilingi puncak gunungnya saja. Tapi sepertinya itu terbilang curang.

Auris pun belajar satu hal, bahwa meskipun Skykid bisa terbang, mereka tetap memerlukan energi. Jumlah bintang di jubah mereka adalah jumlah kepakan yang bisa dilakukan dalam sekali terbang. Lebih dari itu, Skykid harus mengisi energinya. Dan masalahnya Auris terlalu terburu-buru untuk itu.

Suara semburan air terdengar dari kejauhan. Auris mempercepat larinya. “Sebentar… lagi… sampai…”

Auris nyaris terpeleset di pasir saat mendekati Ryuu yang sedang duduk di sebuah kursi panjang sambil menulis sesuatu di buku. Entah berapa potong roti yang sudah Ryuu habiskan, tapi Auris jelas yakin kalau dia terlambat.

Tanpa mengalihkan perhatiannya dari buku, Ryuu bergumam datar. “Tadi kubilang kan terbang, bukan lari.”

“A-Aku…” Di tengah napasnya yang kembang kempis tidak teratur, Auris menelan ludah gugup—nyaris tersedak ludahnya sendiri. Kalau harus mengulang lagi, mati aku! “Aku sudah terbang, tapi energi sayapku habis di tengah jalan.”

Ryuu menutup buku, lalu menoleh pada Auris. “Apa yang harus dilakukan seorang Skykid kalau energi sayapnya habis di tempat yang tidak diinginkan?”

Auris mengingat-ingat teori yang sudah Ryuu jelaskan kemarin. “Meminum recharge potion?” Seperti namanya, potion itu digunakan Skykid untuk mengisi energi sayap. Itu yang Auris lakukan tadi saat sayapnya tidak mampu lagi mengepak. Tapi tetap saja sayapnya kehabisan energi beberapa saat kemudian.

Recharge potion memang bisa digunakan, tapi lebih baik hanya digunakan dalam keadaan darurat. Selain itu apa lagi?” tanya Ryuu lagi dengan nada datar. Auris tak yakin bagaimana ekspresi wajah Ryuu saat mengatakan itu. Jangan-jangan dia merasa kesal?

“Mengisi energi dengan menyentuh awan.” Awan terlalu tinggi, lebih tinggi dari puncak gunung. Mustahil bagi Auris untuk menyentuhnya.

“Ya. Selain itu?”

“Mengisi energi dari anglo atau makhluk cahaya lain,” jawab Auris, mati-matian menstabilkan suaranya agar tidak gemetaran.

Ryuu mengangguk. “Contohnya?”

“Skykid lain, ubur-ubur, manta, dan kupu-kupu.”

“Sudah kau lakukan?”

Auris menunduk dalam-dalam. Napasnya sudah agak teratur. “Aku… tidak menemukan mereka di sepanjang pantai.” Kalau tidak salah, ubur-ubur ada di dalam gua, manta selalu terbang sangat tinggi, dan kupu-kupu sering ditemukan di dataran berumput. Anglo ada di beberapa lokasi acak yang Auris tak tahu dimana tempatnya

“Kalau begitu, cara lain selain itu?”

Auris mengerjap bingung. Setahunya hanya itu yang ia dengar dari Ryuu. “Masih ada cara lain?”

“Oh, belum kuberitahu?” Ryuu menggeser dari duduknya dan menepuk tempat di sebelahnya. Auris duduk dengan canggung. “Kita bisa panggil kupu-kupu itu sendiri.”

Pemuda itu mengangkat jemarinya di depan dada, seperti menyentuh sesuatu yang tak kasat mata di udara. Tiba-tiba dari arah kirinya seekor kupu-kupu mendekat, lalu hinggap di jari Ryuu selama beberapa detik.

Auris menatap kupu-kupu itu kagum. "Bagaimana caranya?"

"Konsentrasikan energi untuk menyerap cahaya di ujung jari dan tunggu kupu-kupunya datang."

Meski tidak terlalu mengerti penjelasannya, Auris refleks meniru gerakan Ryuu. Namun pemuda itu berdiri tiba-tiba.

"Kau bisa coba sendiri nanti. Sekarang kita harus pergi ke puncak."

Pemuda itu mengulurkan tangan. Beberapa detik, Auris diam mematung, merasakan deja vu yang membuatnya merinding. Pemuda berbaju biru dan berjubah ungu, tangan bersih terulur yang membawanya terbang… lalu menjatuhkannya.


Writer's note
Ah, walaupun gak diniatin, saya beneran ngilang sebulan.
Tapi! Sebagai gantinya saya bakal up 3 bab hari ini ( ╹▽╹ )

ProphecyWhere stories live. Discover now