4. Memory Whisperer

46 13 0
                                    

Edited (dilakukan sedikit penyesuaian): 15 November 2022

***

Auris serasa melayang di sebuah ruang hampa hitam yang gelap. Cahaya di sana hanya berupa sebaran bintik putih berkelap-kelip dan belasan hewan pipih mirip ikan pari, tetapi transparan, bertabur glitter, dan bersirip emas. Saat mereka bersuara, Auris bisa melihat lingkaran gelombang, meluas, hingga menyapu dirinya. Bersama gelombang suara itu, Auris merasakan ketenangan mistis yang merambat, membuatnya nyaman dan merinding di saat yang sama. Amat berbeda dengan suara naga hitam yang menyerang dirinya.

Ah, naga hitam. Ingatan akan makhluk itu memecah ketenangan yang sedang dinikmati Auris. Naga itu, lalu sinar merah dari tongkat Sah yang menembak kepalanya.

Kalau begitu… apa aku mati 'lagi'? Auris menatap kosong pada kegelapan di depan. Rasa gelisah merayapi dirinya. Pikirannya mulai berkecamuk. Dirinya sedang bersama Uri saat itu. Apa anak itu selamat? Apa yang terjadi setelah Auris menendangnya? Apa tidak ada naga hitam lain yang menyerangnya? Apa Sah tidak memburunya juga? Bagaimana Uri keluar dari tempat penuh kerangka raksasa itu?

Dengung lembut ikan pari transparan di bawah Auris menginterupsi, mengeluarkan lingkaran gelombang yang terasa perlahan meruntuhkan kegelisahan, menyingkap keheningan, membuka pendengaran Auris hingga ia dapat mendengar suara-suara lain yang entah dari mana.

Suara seorang pemuda. Auris sedikit was-was, mengira suara itu adalah milik Sah. Namun saat ia menajamkan pendengaran, baru gadis itu sadar kalau suara yang ia dengar berbeda dengan suara Sah. “Di mana kau bertemu dengannya?”

“Prairie.” Suara singkat Uri yang didengarnya langsung membuat Auris lega. Ternyata anak itu selamat.

“Sendirian?” tanya pemuda itu lagi.

“Iya, aku menghampirinya karena orang-orang di Social Space waktu itu menjauhinya karena ia bermata biru tua.” Suara Uri terdengar diwarnai ketidaknyamanan. “Kenapa kau jadi menginterogasiku begini?”

“Ini termasuk tugasku sebagai Vault Guider, memastikan Skykid Vault yang baru lahir aman dari diskriminasi dan mendapat bimbingan untuk beradaptasi dengan dunia ini," balas pemuda itu datar.

Meski belum bisa menangkap maksud percakapan mereka, Auris tetap menyimak. Ia juga baru ingat kejadian di padang rumput itu, saat orang-orang yang jauh terlihat lebih berwarna darinya memandangnya bagai ngengat pengganggu dan berbisik, “Lihat ke sana, ada Moth Vault!”

“Hah?” Suara Uri meninggi, entah kenapa terdengar sedikit panik. “Kau itu Skykid dari Hidden Forest, ‘kan? Kenapa jadi Vault Guider?”

“Bukan urusanmu menanyakan hal itu.” Kali ini suara pemuda itu yang terdengar terganggu. "Lagian kau juga Skykid Vault, kan? Makanya kau menyembunyikan mata biru tuamu dengan topeng itu."

“Kalian ini malah berisik di dekat orang sakit!” Suara wanita, terdengar keibuan saat memadamkan bibit-bibit ketegangan dalam percakapan Uri dan pemuda itu. “Ryuu, kau bisa menanyai Uri di ruangan lain. Biar aku yang menjaga Nona Auris.”

Setelah itu hening. Auris tidak tahu apa Uri dan pemuda itu sudah pergi. Ah, apa yang wanita itu bilang tadi? Menjaganya? Apa sekarang ia sedang tidak sadar dan jiwanya melayang-layang di sini?

Kalau begitu Auris harus cepat-cepat bangun, tapi bagaimana caranya?

Gadis itu berusaha menggerakan badan, tapi badannya sekaku pohon yang tumbang. Ia susah payah mengeluarkan suara, tapi suaranya seakan tersangkut di tenggorokan. Lagi-lagi Auris gelisah, apalagi setelah instingnya menangkap suatu sinyal bahaya.

Terdengar sebuah suara. Auris ingat pernah mendengarnya di tempat penuh kerangka raksasa itu. Desisan serak, seperti keluar dari tenggorokan yang belum minum berhari-hari. Kemudian pekikan nyaring yang membuat Auris serasa terpental dan berguling-guling, menabrak sesuatu.

ProphecyWhere stories live. Discover now