Prolog

127 20 7
                                    

Perahu berukuran sedang itu melaju pelan di tengah lautan awan berwarna kusam, lalu mendarat di tepi daratan berpermukaan kasar. Awan hijau di atas tempat itu membuat semua benda terlihat terkesan berwarna hijau kusam.

Seorang pemuda bermata merah turun dari perahu sembari memanggul seorang remaja laki-laki yang sekarat, berjubah coklat compang camping dengan luka di sekujur tubuhnya. Pemuda itu berjalan lurus meninggalkan perahu, menuju sebuah kapal yang telah pecah menjadi puing-puing dan dijadikan tempat perdagangan.

Beberapa puluh meter ia berjalan, puing-puing kapal itu sudah terlihat. Benda itu membatu, digambari mural berwarna emas bercahaya yang menceritakan bagaimana karamnya kapal itu. Para Skykid menghiasinya dengan tenda-tenda berlambang perahu. Tempat itu terlihat seperti pasar malam yang ditinggalkan pengunjung.

Seperti yang ia duga, tempat itu juga sepi hari ini. Itu hal bagus, artinya transaksinya dapat berlangsung seperti biasa tanpa ada pengganggu. Masih memanggul orang itu di bahunya, pemuda itu memasuki suatu tenda. Meskipun di dalamnya tidak terlalu gelap karena diterangi dua lentera, matanya tetap harus beradaptasi. Di depan hanya ada sebuah meja panjang dengan rak seperti kios dan sekat dari kain yang membatasi tempat berniaga ini dengan tempat tinggal pribadi si pemilik tenda.

Pemuda itu berdiri di depan meja. "Aku sudah bawa pesananmu, Tuan Enchantment. Seorang Moth dari Daylight Prairie."

Tak ada jawaban. Ia memiringkan kepala, mencoba melihat ke balik sekat, tetapi tak ada tanda-tanda si pemilik tenda akan keluar.

Tak sampai tiga menit menginjakkan kaki di tenda itu, ia langsung merasa tak tenang. Pemuda itu tak mau menunggu, ia masih punya urusan lain. Ia berkata dengan suara sedikit dikeraskan. "Kalau kau tidak butuh Moth yang kubawa, biar kubunuh saja dia, ya, Keenan?"

"Jangan!" sahut suara dari balik sekat diikuti gedebuk ribut benda-benda berjatuhan. Sedetik kemudian pemuda lain dengan pendek putih dan sepasang aksesori panjang yang menggantung di kedua sisi kepalanya muncul. Dengan matanya yang sewarna zamrud, orang itu melirik sesuatu yang masih dipanggul si pemuda dan menunjuk sehampar karpet kecil di pojok ruangan. "Baringkan saja dia di situ. Akan kuambil bayarannya."

Tanpa banyak bicara, pemuda itu melakukan apa yang diminta sementara Keenan menyiapkan sekotak kayu berisi botol-botol kaca yang saling berdenting saat diangkat dari bawah rak ke permukaan meja. "Dua puluh firework spell, sesuai perjanjian," ujar Keenan.

"Tiga puluh," tukas pemuda itu. "Moth ini terlalu merepotkan. Perlawanannya membuatku nyaris ketahuan oleh Wasteland Guider."

Keenan tersenyum—atau lebih tepat dibilang menahan tawa. "Itu kan masalahmu. Tidak ada kesepakatan kenaikan tarif di perjanjian kita."

Pemuda itu mengembuskan napas keras. "Ya sudah." Ia tidak jago dalam urusan tawar-menawar dan Keenan memang tegas dalam hal ini. Tak mau berdebat panjang, ia segera memunculkan sebuah layar transparan di depannya dan mengarahkannya ke sekotak penuh botol itu. Ia mengetikkan sesuatu di layar dan botol-botol itu telah berpindah ke ruang penyimpanannya.

Keenan mengetuk-ngetuk meja, meminta perhatian. "Tapi kalau kau mau bayaran yang lebih mahal kedepannya, aku bisa menyanggupi dengan satu syarat."

"Syarat apa?"

"Bawakan aku moth dari Vault of Knowledge."

Pemuda itu mendelik. "Moth Vault? Mustahil. Berurusan dengan Skykid Vault akan selalu membawa sial."

Seulas senyum masih bermain di bibir Keenan. "Kalau begitu kubayar dua—tidak, tiga kali lipat bayaran biasa. Bagaimana?"

Enam puluh botol spell... harga yang cukup menggoda, tapi risikonya terlalu tinggi. Pemuda itu mengangkat bahu. "Aku tidak bisa berjanji."

"Oh ayolah." Keenan menyangga kepala dengan tangannya. "Bangsawan Valley yang teliti dan hebat sepertimu sangat dipercaya oleh orang-orang. Tidak akan ada masalah. Selama ini juga begitu, kan?"

Pemuda itu bergeming. Selama ini ia memang selalu teliti dan menjerat para Moth itu dengan rapi, tapi diantara Moth yang ia tangkap tak pernah ada satupun yang berasal dari Vault "Sudah kubilang aku tidak bisa berjanji."

"Tapi bisa kau usahakan, kan?"

Pemuda itu menipiskan bibir, gerah dengan atmosfer di dalam tenda dan desakan Keenan. Ia ingin cepat pulang dan kembali menghirup udara dingin di Valley of Triumph. "Tapi tidak usah terlalu berharap."

Raut wajah Keenan langsung semringah. "Oke!"

Kemudian pemuda itu berbalik. Sebelum keluar dari tenda, ia masih bisa melihat Keenan mengeluarkan sebotol kecil cairan dari balik jubahnya, membuka penutupnya, dan menuangkan cairan hijau itu ke mulut orang yang ia bawa tadi. Hal yang terakhir ia lihat sebelum keluar dari tenda adalah tubuh orang itu yang kejang dengan mulut berbusa.

ProphecyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang