22. Queen of the Vault of Knowledge

18 5 0
                                    

“Eh, kubilang Kak Auris istirahat saja dulu!”

Uri buru-buru menyambar sapu yang baru saja akan diambil Auris. Sebelumnya anak laki-laki itu juga merebut kemoceng saat Auris ingin membantu membersihkan debu di atas rak.

Auris merasa tidak enak. “Tapi masa aku hanya melihatmu bersih-bersih sendirian?”

“Gak apa-apa. Ini kan rumahku. Lagipula aku sudah istirahat cukup di kedai tadi sama Kak Ryuu, sedangkan Kak Auris belum istirahat sama sekali!” ucap Uri sambil menyapu lantai.

Gadis itu memang merasakan pegal dan kaku di seluruh tubuh. Belum lagi kaki dan tangan yang sedikit kebas karena mempertahankan posisi keseimbangan saat terbang dalam waktu yang sangat lama.

“Aku… hanya ingin membantu sebanyak mungkin sebagai rasa terima kasih karena kamu sudah menyembuhkanku,” kata Auris pada akhirnya.

“Aduh, Kak. Sudah kubilang tidak usah dipikirkan.” Uri mendongkak, wajahnya yang sudah tidak tertutup topeng mengarah lurus pada Auris. Namun gadis itu tidak tahu ekspresi apa yang sedang terlukis di wajah Uri. “Pertama, sebenarnya Kakak masih belum sembuh total, makanya jangan dulu berterima kasih. Kedua, Kak Auris sudah banyak membantuku, lebih dari yang Kakak sadari. Jadi jangan bersikap seolah-olah Kakak berhutang nyawa padaku. Ketiga, Kak Auris gak sadar kalau Kakak juga menyelamatkanku dari Krill itu di Graveyard?”

“Yang terakhir… itu hanya refleks.” Auris menggigit bibir. “Tapi memang itu kenyataannya, kan? Waktu itu di social area Prairie, aku beruntung karena kamu mendekatiku duluan. Dulu aku mana paham kalau para Skykid sangat menghindari orang-orang bermata biru tua? Dan kalau aku sendirian, meskipun aku selamat dari serangan Krill, aku tetap akan mati kehabisan darah saat ditembak Sah!”

“Orang itu ya?” Uri mengingat-ingat. “Sejak awal dia mendekati kita pun aku sudah curiga. Dia sempat melihat matamu, kan? Alih-alih menjauhi, dia malah tertarik karena Kakak adalah Skykid Vault. Buatku, Skykid yang berurusan dengan orang-orang Vault adalah orang aneh.”

“Tunggu, tunggu.” Beberapa kalimat yang dikatakan Uri memunculkan pertanyaan-pertanyaan yang berbeda sampai Auris bingung mana dulu yang harus ia tanyakan. “Aku jadi ingin membicarakan tentang Sah. Kamu bilang kalau sejak awal kamu curiga padanya karena dia mendekati aku yang seorang Skykid Vault?”

“Benar.”

“Kenapa?”

“Karena yang orang itu tawarkan adalah mengantarkanmu ke Menara Vault.” Uri membuka pintu depan lalu membuang segunduk debu hasil ia menyapu ruang tamu dan menutup pintu kembali. “Selama aku hidup berbaur dengan Skykid di luar menara, sebaik apapun seseorang, tidak ada orang yang akan mendekati Menara Vault hanya untuk mengantar seorang Moth. Menara itu seolah menjadi tempat terkutuk bagi orang yang mendekatinya. Lalu tiba-tiba ada orang ‘baik’ yang mau mengantarmu ke sana secara cuma-cuma?”

“Lalu… kenapa kamu tidak memperingatkanku dan malah ikut terbang dengan kami?”

Auris buru-buru mengangkat kakinya ke atas kursi ruang tamu ketika melihat Uri mengambil alat pel dan mulai mengepel lantai sambil menjawab pertanyaannya. “Karena musik yang orang itu mainkan.”

“Musik?”

Uri mengangguk. “Kakak masih ingat kata-kataku kalau di dunia ini, selain menjadi hiburan, musik bisa menjadi kekuatan?”

Auris mengiyakan. Ia ingat Uri pernah mengatakan itu di pertemuan pertama mereka, tetapi karena ia tidak sepenuhnya mengerti maksudnya, kata-kata itu hanya lewat di seperti angin lalu.

“Nah, musik yang dimainkan Sah waktu itu hanya bisa dimainkan oleh orang-orang tertentu, yaitu orang terpelajar atau bangsawan Valley. Status adalah segalanya bagi orang-orang Valley dan satu kejahatan yang dilakukan bisa membuat seseorang dengan status tinggi kehilangan tempat dan kedudukannya di Valley.” Uri tertunduk. “Berdasarkan itu, aku berkesimpulan bahwa Sah bukan orang yang akan melakukan kejahatan. Ternyata aku terlalu naif. Maaf…”

ProphecyWhere stories live. Discover now