15 - Ikan Pedas

80 36 6
                                    

PLATÁN Tata, setelah kucari tahu bersama Alder sembari menunggu pesanan, bukan hanya tempat makan ini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

PLATÁN Tata, setelah kucari tahu bersama Alder sembari menunggu pesanan, bukan hanya tempat makan ini. Di Esterházy-kástely—istana keluarga Esterházy yang terletak di barat Danau Tua—terdapat kafe khusus makanan penutup. Beberapa langkah dari sini, ada versi gourmet yang menyajikan pengalaman gastronomi utuh, juga spa dan penginapan mewah. Bisztro menjadi cabang usaha yang menyajikan penganan lebih ringan dan bersahabat. Interior klasiknya berubah seiring waktu dan aku lebih suka versi sekarang. Lantai parket gelap serasi dengan meja bundar dan kursi beludru abu, koleksi kecil buku berbaris di pelataran jendela, vas bening berisi bunga artifisial menambah warna di samping pembatas kaca yang memisahkan ruang makan dan jalan menuju meja di teras.

Lagu yang lebih pelan mengalun kali ini. Kusimpan segera ponselku sesaat sebelum pelayan meletakkan sup daging Vietnam atau pho untuk Alder dan halászlé, sup ikan berkuah kental, untukku. Sekeranjang kecil berisi potongan roti melengkapi sajiannya. Kami ber-wow bersamaan, menghirup aroma hangat berempah yang membangkitkan selera, lalu berterima kasih. Tak lama, sepotong ibolyás krémesmillefeuille dari puff pastry renyah, krim, beri, dan violet—tiba di meja, ditemani dua gelas air putih.

Kami tergelak.

"Apa pun makanannya," tiru Alder seperti di iklan, "mau di restoran bintang dua juga, minumnya tetap air putih. Kita memang cocok, ya."

"Sehat dan hemat," tambahku. "Dan supku pedas. Aku lebih perlu air putih ketimbang air lain."

Dia mengambil sendok. "Oh, ya, waktu kamu lagi baca-baca di HP, mamaku kirim chat. Katanya salam buat kamu."

Orang tuaku dan Alder, terutama para ibu, pernah saling menghubungi demi kami. Tante Tata juga mengirimkan belasungkawanya; kepada Bapak saat Ibu, dan kepadaku saat Bapak. Setelah itu, Tante Tata rutin mengucapkan selamat ulang tahun untukku yang dikirim ke alamat surel kedua Sriwedari, karena Alder malu memberikan nomor kontakku—begitu katanya. Aku selalu membalas surelnya. Terkadang beliau bertanya tentang kabarku dan Alder pula, seperti ketika Alder baru saja kembali dari tempat ayahnya.

Aku tersenyum mengingat rupa Tante Tata yang bergaya rambut bob dan berlesung pipit satu, secantik dan sekuat kota ini. "Salam balik juga buat Tante. Beliau pasti suka menu kamu."

"Ya! Tadi aku juga tanya, bisa nggak recreate ini di rumah. Versi homey-nya, lah." Asap tipis pho daging melewati wajahnya sebelum menghilang. "Kamu nggak apa-apa makan ikan? Kamu nggak pesan makanan vegetarian hari ini."

Pengakuan Alder melakukan sesuatu pada kepercayaan diriku; dia tahu itu sebabnya aku memesan burger vegetarian kemarin. Ikan adalah opsi yang aman. Beberapa kali saat Nilam mengajakku makan di kantin atau mengikutinya ke kafe baru yang kian menjamur di daerah kota, dia berkata dia bersyukur aku masih mau makan di depannya. Itu pertanda baik baginya dan bagiku. "Nggak apa-apa. Aku pengin coba makanan khas Hungaria. Udah biasa juga makan ikan pedas, di sego tempong atau sego cawuk. Cuma beda di sambal."

Tündérrózsa - Mawar PeriWhere stories live. Discover now