13 - Zsofía

108 36 5
                                    

SISA pagi di Angolkert berjalan begitu menyenangkan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

SISA pagi di Angolkert berjalan begitu menyenangkan.

Cuacanya terasa tepat, tidak sedingin hari pertamaku di sini. Lengkung danau dan jalan yang tak selalu sejajar menciptakan 'teman perjalanan' yang unik di sebelah kiriku; terkadang pepohonan rapat memenuhi pandangan dengan warna hutan, terkadang pesisir danau menggodaku turun sejenak dan bermain-yang akhirnya kami lakukan. Aku dapat menghitung empat dari lima pulau buatannya dari sini, yang ditambati perahu dan dihuni berbagai jenis cemara dalam gradasi hijau menyejukkan. Alder mengajakku mengunjungi pulau-pulau itu dulu sebelum bersepeda ke arah sebaliknya lagi. Kami balapan ketika jalan sepi, mengamati pantulan di permukaan danau dari jembatan kayu, lalu menepi ke pohon tua unik yang tumbuh horizontal ke arah danau; pucuk-pucuk daunnya menyentuh air, dan batangnya yang seteguh karang coba kami duduki sambil tertawa lepas.

Pohon honey locust yang diberi plakat emas baru menampakkan daun kecilnya yang sewarna madu putih, di antara cabang-cabang telanjang dan duri-duri merah di batangnya. Wanginya samar-samar manis, mungkin dari kuncup bunganya yang hijau, berbaur dengan udara segar dan kilas amis ikan jika berpapasan dengan pemancing di pesisir. Semut yang kepayahan naik ke sepatuku, kelepak air di batas darat dan danau, hingga tawa Alder setelah usaha back flip-nya yang kelima kali menjadi bahan untuk menjaga fokusku. Begitu juga bibirnya yang terbuka saat tertawa, lirikan bola matanya saat dia berbicara, suaranya, gerakan kepalanya, hanya dia. Hanya keberadaannya. Dan tampaknya, aku berhasil.

Suara Tante tersenyap.

"Tadi kamu bilang nama masjid ini sama kayak nama tokoh di bangku itu?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Tadi kamu bilang nama masjid ini sama kayak nama tokoh di bangku itu?"

Kami berhenti di antara török mecset-Masjid Turki-di kiri dan sebuah bangku penanda sejarah jauh di kanan, dekat sebatang pohon dedalu pendek. Kemudian, kami menuntun sepeda menyusuri jalur ke arah masjid. Alih-alih besar, bangunan itu berukuran seperti musala, berdinding tinggi dan berbentuk oktagonal, berkubah kerucut kecil dan berlambang bulan sabit yang rebah. Pintu besi lengkung menampilkan bagian dalam yang berserak buah pinus. Cokelat-abu tua mewarnai tembok kasar hingga ke atap, dan gayanya menyesuaikan estetika taman serta asal-usul sebelumnya; saat seorang ahli ibadah Turki bersembunyi dari perang antara bangsanya dan Hungaria, lalu membangun masjid kecil di sini.

Tündérrózsa - Mawar PeriWhere stories live. Discover now