47. hujan

8 0 0
                                    

Aku mencintaimu sederas hujan
Dan ku lihat kau bermain hujan dengan segaris senyum di bibirmu

♡♡♡

Liana
Kak, kapan pulang?

Anata!
Besok, tunggu yaa

Liana
Coba liat aku pake celak
🔳

Anata!
Mirip tuyul

Liana
KOK TUYUL!!??

Anata!
Engga maksud Kakak nggak gitu, Sayang..

Liana
TRUS?

Anata!
Nanti ya, Sayang. Kakak mau berak dulu nggak tahan...

Seminggu kemudian. Saking rindunya dengan sang istri, Nata berlari sambil membawa sepatu biar cepat sampai ke rumah, tak lupa sebelah tangannya juga membawa kantong kresek. Karena mobilnya diperbaiki di bengkel depan komplek, jadinya ia berlari menuju rumah. Dari jauh, Nata menerawang Liana mendatanginya berlari di bawah derasnya hujan, mana nggak pakai payung. Mau teriak bilang berteduh juga tak mungkin, Liana pasti tak mendengar suaranya.

"KAKKKK!!"

Tepat di dekat gerbang rumah, Nata melempar sepatu serta kresek ke sembarang arah. Tubuhnya yang sudah basah kuyup dipeluk erat oleh Liana, seolah olah beberapa tahun baru bertemu. Nata sejenak mengurai pelukan lantas menciumi wajah sang istri yang wajahnya bulat seperti bakpao. Nata sangat merindukannya.

"Kangen bangetttt!!" teriak Liana mengalahkan deras hujan dan memeluk Nata lagi. Nata semakin mengeratkan pelukan.

Hujan deras di sore membuat satu komplek sunyi, dimana semua orang menghangatkan diri di dalam rumah, mereka melampiaskan rindu sesaat di bawah hujan. Lima menitan saling memeluk, Liana mulai mengurai pelukan, dan berjingkit mencium kening Nata.

"Pistol aku mana?"

"Hah?"

"Hahoh hahoh! Pistol aer mana?"

"Oalahh, ada, bentar yaa." Nata berjongkok mengambil sebuah pistol air dari kresek.

Liana berbinar melihat benda yang ia idam idamkan. Entahlah, semenjak Nata pergi, ia mengidam Nata membelikan pistol air. Bukannya Ummi dan Abi tak mau membelikan, tapi Liana hanya ingin Nata yang beli.

Nata merangkul Liana memasuki gerbang, bagai kilat Liana langsung melesat pergi mengisi pistol air lewat keran. Di taman yang dipenuhi tumbuhan hijau, Nata tersenyum lebar melihat istrinya sangat aktif dan ceria menembak air ke sembarang arah. Di matanya, gerak gerik Liana udah kaya di slowmo, indah banget.

Syrutttt

Pusing langsung naik ke atas kepala, Nata tertunduk kala tembakan air menembus hidungnya hingga naik ke mata. Lantas Nata merosot ke bawah sembari memegang kepala lemas.

"Ya Allah, Kak. Maaf nggak sengaja, maaf.."

Liana panik bukan main, secepat mungkin ia memapah suaminya itu ke dalam rumah dan memandikannya. Selesai mandi, Nata menggigil dan langsung bersandar pada dinding kasur. Cepat cepat Liana membuat teh hangat sebelum Nata istrirahat tidur.

"Kak, badan Kakak panas banget," cicit Liana pelan, tangannya memegang erat tangan Nata.

"Cuma kecapean, Sayang. InsyaAllah besok sembuh. Besok kita jalan jalan yah?"

Liana menggeleng, "Nggak mau, aku mau Kakak sembuh dulu."

Pada akhirnya Nata mengiyakan dengan mata terpejam, dengan tangan saling menggengggam. Hawa dingin menyeruak, Liana sebenarnya juga kedinginan habis mandi hujan. Beberapa menit setelah Nata tidur, Liana ke dapur mencelup kain bersih untuk mengompres Nata. Ia kembali lagi ke kamar, memeras lalu meletakkan kompres pada dahi.

Anata!Onde as histórias ganham vida. Descobre agora