27. KHITBAH

16 5 0
                                    

"Assalamualaikum."

Suara itu, suara Nata. Liana enggan melirik ke arahnya. Apa mungkin Nata mau menagih hutang hafalan? Ah tidak mungkin kan? Terus, suami istri ini siapa? Liana merasa serba salah, tanpa aba aba ia berlari menuju kamar dan segera mengganti baju. Disaat mereka memakai baju bagus, hanya Liana memakai baju daster, jadinya kayak pembantu padahal tokoh yang dituju dia sendiri.

Melihat Liana terbirit-birit melewatinya, Nata tertawa kecil, ada ada saja, kayak anak kecil ketahuan kencing di sekolah. Nata duduk bersila menengahi Anna serta Andi, suami istri yang merupakan orang tuanya. Sejak Nata datang, tak henti henti Adrian tersenyum lebar, akhirnya, Liana dipinang calon menantu idaman.

Sesaat kemudian, kenop pintu terbuka. Liana keluar dibalut dress ala Malaysia warna hitam, kali ini ia memakai serba hitam. Anna serta Andi terperangah, tak bisa berkata kata lagi, yang tadi awalnya penampilan seperti pemulung, berubah bagai ratu kerajaan, nggak selebay itu sih. Tanpa melirik kebelakang pun, Nata tau Liana sekarang secantik apa, senyam senyum sendiri sampai giginya kering.

"Cakep tuh!" Goda Andi berbisik di telinga Nata. Tak ketinggalan Anna menyenggol pelan bahu anaknya. Kepala Nata tertunduk, sudah pasti ia diledek kedua orang tuanya jika ketahuan, bahwa ia sangat malu berkali kali lipat.

Tanpa disuruh Liana tau memposisikan dirinya di mana, duduk antara Adrian dan Dahlia, posisinya hadap hadapan dengan Nata yang masih menundukkan wajah sembari menautkan jari jemari. Nata menjernihkan fikiran agar tidak typo saat bicara, karena ia tau Liana selalu menertawakan ketika ada hal sekecil apapun. Ia menarik nafas dalam dalam memperkuat diri sendiri.

"Sebelumnya, Liana," Nata mengangkat wajahnya, "perkenalkan ini Ummi dan Abi saya."

"Kedatangan saya kemari adalah untuk menyampaikan segala kegelisahan, keresahan dan-"

"Kaka kenapa nggak konsultasi ke bimbingan konseling aja?" Potong Liana cepat, Dahlia terkejut spontan mendaratkan pukulan di pahanya membuat gadis itu meringis.

"Silahkan di lanjut," ucap Adrian memasang wajah serius, bikin jantung Nata berjoget-joget.

"Diluar kesadaran saya, saya jatuh cinta sama anak Abah, dan berniat menjadikan Liana istri saya."

Aliran listrik seperti menjalar ke seluruh badan Liana, sejak kapan Nata jatuh cinta padanya. Bukankah selama ini Nata selalu galak? Mengapa tiba tiba? Ini memang yang Liana impikan, tapi, apa tidak salah? Bukankah lelaki itu mencintai wanita bernama Indah? Wajah Liana mulai pucat di serang ketegangan.

"Saya sudah tahu latar belakang kamu dan saya menerima. Sisanya saya serahkan pada Liana." Adrian menoleh ke samping.

Liana mengerjab, "Kok Abah bilang begitu?"

Dahlia merapikan hijab Liana, "Kak, sebenarnya kami diam diam menta'arufkan Kakak dengan Ustadz Nata."

Nata menatap Liana lekat, "Jadi, apa kamu mau, jadi istri saya?"

Dar!!

Pernyataan dan pertanyaaan membuat kepala Liana pusing, ia syok dan berkeringat dingin. "Jadi, Abah sama Ibu diam diam sudah menta'arufkan Kakak?"

Mereka membalas dengan anggukan.

"Kok diam diam begitu sih, curang!"

Yesss! Liana bersorak meriah dalam hati. Bersyukur mengucap hamdalah berkali kali dalam hati.

Selang beberapa detik digantung, Liana akhirnya buka suara, "Kasih Kaka waktu."

Mendengar suara Liana, Nata merasa beban segunung dipundaknya terangkat sempurna. Sekarang ia bisa bernafas lega, semua terasa jadi plong. Tetapi nanti, ia diserang rasa takut lagi, apakah Liana berkata ya atau tidak.

Anata!Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα