41. berita gembira

12 1 0
                                    

Beberapa bulan berlalu, Nata mulai merasa ada keanehan dengan istrinya. Liana yang awalnya selalu ceria, sekarang suasana hati berubah ubah setiap jam. Makan banyak tapi sering mual mual, mengeluh pusing dan sakit pinggang, beserta haid tidak teratur. Terkadang Nata memijat pelipis kepala, jadi pelampiasan amarah Liana. Diserang panik ketika jadwal haid tak sesuai perkiraan. Nata pun jadi harus lebih ekstra sabar, kalau nggak nurut ya nggak dapat jatah.

Liana menyentuh pundak Nata dengan wajah memelas, "Kak, pengen pulang ke rumah."

Nata terkejut bukan main, bukannya nggak mau, tapi sudah jam sebelas malam. "Iyaa, besok ya, udah malem banget."

Liana menggeleng kepala, "Nggak mau, maunya sekarang."

"Sayang," lirih Nata lembut, "besok aja yah? Kasian Abah sama Ibu pasti udah pada tidur."

Pada akhirnya Liana mengiyakan walau terasa berat. Tiba tiba saja ia merindukan suasana rumah. Liana duduk di pangkuan Nata, memeluk hangat tubuh lelaki yang paling ia cintai.

"Kak, maaf sampai sekarang aku masih belum bisa ngasih anak."

Nata tersenyum maklum, "Nggak papa, aku nggak maksa. Aku nunggu kamu siap."

Mendengar itu tentu membuat hati Liana terenyuh, "Maaf, Kak. Aku bakal berusaha." Tak ada jawaban, keningnya dicium lamat lamat oleh Nata.

Pagi harinya, Nata mengantar Liana ke rumah sementara ia beranjak pergi mengawas beberapa cabang toko roti miliknya. Liana duduk di sofa, dengan Dahlia yang mimik wajahnya tak bisa di kondisikan. Liana sudah besar, masa untuk makan saja minta di suapin?

"Tumben?" Dahlia membuka suara dibalas gelengan oleh anaknya.

Usai habis menyuapi Liana makan, Dahlia pergi ke kamar, mengambil sesuatu untuk diberikannya pada Liana.

"Coba cek," titah Dahlia.

Melihat benda tersebut, Liana terperangah, apakah sudah waktunya? Tanpa basa basi ia melenggang pergi masuk wc.

"Ibu, ini tandanya apa?"

Liana menunjukkan dua garis biru positif. Seketika Dahlia sujud syukur berseru senang. Liana masih heran mengapa Dahlia sangat excited sekali.

"Kamu hamil!"

"Aku?" tunjuknya pada diri sendiri, "hamil?"

Ia kembali melihat benda panjang tersebut.

"AKU HAMILLLL!!!"

Liana loncat loncat menjunjung testpack tinggi tinggi, berlari kesana-kemari melampiaskan kesenangan. Sementara di sisi lain, Nata membasuh wajah yang nampak kantong mata. Beberapa pekerjaan menggeluti fikirannya, badan terasa sakit, otak tak bisa berfikir jernih.

Drtt drrt

Nata mengangkat telepon, ia temukan suara istrinya begitu ceria dan hangat, seperti mentari menyinari bumi, Nata yang badannya loyo jadi semangat.

"Assalamualaikum, hallo, Sayang?"

"Kak, aku hamil!!"

Nata seketika membeku, apakah ini cuma mimpi di siang bolong atau hanya ilusi semata. Kemudian Nata menjauhkan handphone dari telinga, menyadarkan diri yang masih larut dalam lamunan. Kemudian menempelkan lagi ke telinga, bersiap mendengar jelas jelas perkataan Liana.

"Coba bilang sekali lagi."

"AKU HAMILLLL!!"

Belingan air mata jatuh ke lantai bersama ponsel hingga benda bentuk pipih tersebut langsung mati seketika. Nata luruh ke bawah, sembari menyebut asma Allah ia berulang kali menyebut alhamdulilah. Terdiam dan syok. Nata sujud syukur menangis beberapa menit.

Anata!Where stories live. Discover now