32. ijab qobul

17 2 0
                                    

Melihat wajah sahabat mulai menegang, Ara memegang erat tangan kanan Liana yang sangat dingin. Melihat diri di pantulan kaca, Ara tersenyum puas karena segalanya dari Liana hari ini sungguh membuat terpukau. Dress putih melekat di badan serta pasmina putih tertata rapi menutup dada, tak lupa mahkota kecil di atas kepala Liana menambah kesan cantik nan elegan.

"Tu muka kaya yang nahan berak, ayo senyum!." Ara menepuk tangan Liana berkali kali.

"Lo pikir ini acara apaan sampe gue diharuskan full senyum?"

Ara membuka tablet menampilkan pada Liana suasana tegang acara akad nikah akan berlangsung. Liana melihat wajah Nata sekilas terlihat tertekan, ia tertawa kecil lalu merengek hendak menangis seperti anak kecil. Beberapa detik lagi ia melepas status jomblo.

"GANTENG BANGET!!!"

Liana terlonjak spontan menutup mulutnya dengan tangan. Sorotan kamera mengarah ke Nata hingga ketampanan Nata begitu terlihat jelas. Untung ia berada dalam ruangan, jadi tak terdengar sampai keluar. Ara sudah memijat kepala, ancang ancang mau menempelkan koyo di bagian dahinya sebab tingkah laku Liana.

Di sisi lain, Nata duduk berhadapan dengan penghulu dan Adrian. Di mesjid Raya Baiturrahman ini, terlebih di hari jumat pagi, Nata bersiap mengucap akad nikah.

Penghulu bersuara, "Silahkan dimulai."

Berusaha tenang, padahal jantungnya sudah siap melompat keluar. Nata menarik nafas dalam dalam sebelum berjabat tangan dengan Adrian. Bismillahirrahmanirrahim. Batinnya.

"Saya nikahkan dan kawinkan engkau saudara Nata Utara Rahman bin Andi Ibrahim dengan anak saya yang bernama Liana Zahira dengan mas kawinnya uang seratus juta dibayar tunai."

"Saya terima nikah dan kawinnya Liana Zahira binti Adrian dengan mas kawinnya uang seratus juta dibayar. Tunai."

Di balik layar tablet, Liana diam mematung, kepalanya bagai dihantam palu godam yang sangat besar. Benarkah ini semua? Ia sudah menjadi istri Nata. Sesak yang ada di dalam dada sekarang melonggar. Nata lega usai akad nikah. Tak terasa air matanya jatuh, ia terharu pada akhirnya gadis yang ia dambakan ia dapat.

"Sah, Li. Barakallah. Lo udah jadi istri Ustadz Nata. Semoga rumah tangga lo selalu dihiasi keberkahan."

Perkataan Ara membuat air mata Liana tak tertahan, ia dipeluk Ara dengan penuh rasa sayang. Ia tak perlu lagi khawatir tentang Liana yang sering risih diganggu oleh laki laki buaya. Dalam pelukan Ara, gadis itu masih menangis tersedu-sedu.

Ara menepuk pundak Liana perlahan, "Jangan nangis. Luntur nanti make up lo." Walaupun sebenarnya Ara juga menangis.

"Maaf, Ra. Nggak kuat."

Tibalah acara pengantin mendatangi tempat akad, Liana berjalan di gandeng oleh Ara melalui tangga. Ketika menuruni tangga, ekspresi Nata tak percaya, benarkah gadis itu sudah jadi miliknya?

"Ihiy, udah nikah!" kekeh Harun.

Reza yang duduk di sebelah Harun tertawa geli, ia kembali berpusat pada Liana yang tengah berjalan bersama seorang gadis di sebelahnya, Ara. Reza menyadarkan diri menggeleng cepat, ah gadis bernama Ara sungguh membuatnya tersihir.

Tak sengaja ia mendengar deheman dari Harun, Nata langsung menotice, disertai wajah riang gembira. Ia memberi kode ke Harun, cantik banget, katanya. Lalu ia menunduk menyembunyikan salah tingkahnya. Harun tersenyum geli karena Nata mulai memasuki mode bucin.

Liana duduk samping Nata, jantung Nata tiba tiba berdegup kencang. Ia mengubah posisi jadi bersila berhadapan dengan Liana. Nata meletakkan satu tangannya di ubun ubun Liana, satunya lagi ia angkat untuk berdoa. Liana menutup mata.

Anata!Where stories live. Discover now