45. Mengantar Snora ke sekolah

Mulai dari awal
                                    

"Papah Ayan, Nola tulun duyu ya"

"Papah hati-hati di jalan, jangan nebut-nebut ya!" peringat bocil itu.

Aryan yang memang kurang mengerti bahasa Snora, Sering di buat bingung sendiri.

"Nyebut-nyebut apa?" tanya Aryan.

"Nebut Pah...Jangan nebut-nebut nanti jatuh!"

"Oh ngebut? Siap bocil bawel!" Aryan memberi hormat pada Snora. Snora tersenyum dan mengacungkan kedua jempol mungilnya. Setelah itu Snora keluar dari dalam mobil, Salah satu guru muda menghampiri Snora dan mengajak Snora untuk segera masuk ke dalam.

Setelah di rasa Snora sudah benar-benar masuk ke dalam, Aryan pun kembali melajukan mobilnya menuju kantor.

***

Libra menekuk wajahnya kesal sambil mengendarai motornya menuju kampus.

Bagaimana tidak kesal? Dia sudah berpesan pada Kakak perempuannya untuk membangunkannya sesuai jam yang ia pinta.

Tapi Kakaknya malah lupa. Alhasil hari ini ia kesiangan. Bahkan, Libra tak sempat mandi. Hanya cuci muka, gosok gigi dan berganti pakaian. Setelah itu ia langsung keluar rumah dengan motornya menuju kampus.

Libra memicingkan matanya saat melihat sebuah mobil biru di hadang tiga motor. Apa ini? Pembegalan?

Melihat ada kejahatan di depan mata, Tak mungkin Libra hanya berdiam diri. Ia pun melajukan motornya kearah mobil dan 3 motor yang menghadangnya.

"Keluar gak lo!" teriak salah satu laki-laki yang mengenakan pakaian serba hitam dan penutup wajah.

"Kalau lo gak keluar, Gue bakal ancurin kaca mobil lo pake ini!" ucap yang lainnya. Ia mengangkat tongkat baseball yang ia bawa.

"Ancurin aja! Lama lo!" ucap laki-laki yang badannya terlihat lebih kecil dari yang lainnya.

"WOIII!"

Ketiga orang itu menoleh berbarengan sambil tersenyum remeh melihat Libra.

"Lo siapa? Mau jadi pahlawan kesiangan?"

"Bacot!"

BUGHH!!!

Tanpa ingin berbasa-basi, Libra langsung menendang perut salah satu orang itu dengan kencang hingga membuatnya terpental kebelakang.

"Wah sialan ni orang!" laki-laki yang tadi membawa tongkat baseball maju kearah Libra dan melayangkan tongkatnya kearah laki-laki itu. Karena bisa membaca pergerakannya, Dengan segera Libra menghindar dan langsung menyikut wajah orang itu membuat bibirnya sobek dan mengeluarkan darah segar.

"Bajingan!!!"

BAGHH!!

Laki-laki berbadan kecil itu memukul kepala Libra dari belakang menggunakan batu-bata membuat Libra merasakan pusing yang teramat sangat.

"Arghhh!!!" Libra meringis. Darah yang keluar juga cukup banyak. Dirinya kini terkapar di jalan.

"Sok-sokan mau lawan kita, Mana bisa!" ucap salah satu orang jahat itu.

"Ini balasan buat lo!"

Bughhh!!!

Ia menginjak perut Libra dengan kencang hingga mulut laki-laki itu mengeluarkan darah kental.

"WOI BAJINGAN!" Panggil seorang pria sambil bertolak pinggang.

"Siapa lagi nih? Mau jadi pahlawan kesiangan?" ucap salah satu laki-laki itu sambil tertawa remeh.

"Bang, mending kita cabut aja dah." bisik yang lainnya.

"Cabut ngapa anjing? Takut lo sama orang itu?"

"Kalau hidup lo mau aman, lo dengerin kata gue Bang! Ayok cabut!" dengan terpaksa ketiga laki-laki itu pergi dengan motornya masing-masing.

"Cemen lo!" teriak Aryan pada ketiga laki-laki itu.

Aryan langsung berlari menghampiri Libra. Ia memangku kepala Libra yang terus mengeluarkan darah.

"Bangun, Bra! Jangan tutup mata lo." ucap Aryan. Libra terlihat berusaha membuka matanya.

"Astaga!"

Libra dan Aryan menoleh kearah sumber suara.

"Maafin aku ya, gara-gara nolongin aku, kamu sampai harus kayak gini" ucap gadis berambut pirang itu.

"Di-Dilara?"

"Kamu kenal aku?"

"Jelas, kita satu kampus." ucap Libra berusaha menahan sakit di perutnya.

"Benarkah? Tapi kenapa aku gak pernah liat kamu?" tanya gadis itu.

"Entah, Tapi gue selalu ngeliat lo. Dan gue adalah salah satu dari sekian banyak pengagum rahasia lo."

"Cih, alay!" Aryan berdecih mendengar ucapan Libra yang terkesan alay itu.

"Astaga...yasudah ayok masuk ke dalam mobilku. Aku akan bawa kamu ke rumah sakit, Agar lukamu bisa segera di obati." ucap gadis itu dengan nada yang terdengar khawatir.

"Baiklah." balas Libra sambil tersenyum.

Si gadis berjalan menuju mobilnya untuk membukakan pintu, Sementara Aryan membopong tubuh Libra kearah mobil itu.

"Lo gak usah ikut." bisik Libra.

"Gak njing, siapa juga yang mau ikut." balas Aryan.

"Btw, makasih Ar. Oh iya, gimana menurut lo? Cantik kan?"

"B aja bagi gue, masih cantikan bini gue sih." balas Aryan.

Kini Libra sudah duduk di dalam mobil milik Dilara. Aryan menutup pintunya dan tak lama mobil itu pun pergi.

Aryan masih berdiri di sana. Memandangi mobil biru itu yang lama-lama terlihat kecil dan hilang dari pandangannya.

Aryan menghela napas.

"Semoga jodoh lo, Bra." ucap Aryan pelan.

Ia berharap sahabat-sahabatnya yang lain segera bertemu dengan pasangan hidupnya masing-masing.

Aryan tersenyum membayangkannya. Membayangkan teman-temannya yang repot ketika memiliki anak nanti. Dan jika mereka berkumpul, pasti akan sangat seru. Aryan kembali menghela napas dan berjalan kearah mobilnya. Ia kembali melajukan mobilnya menuju kantor.


Bilangnya sih gak up dulu sampai beberapa hari, tp tangan gatel pgn buru-buru selesain ni cerita.

Kalian jgn lupa vote dan spam comments ya! Biar aku makin semangat buat upnya.

Papah Untuk SNORA [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang