Chapter 23 [Berlian Melody]

126 26 0
                                    

Selamat datang di chapter 23

Tinggalkan jejak dengan vote, komen atau benerin typo-typo meresahkaeun

Thanks

Happy reading everybody

Hopefully you will love this story like I do love Jayden and Melody

❤️❤️❤️

____________________________________________________

“Tak bisa kupungkiri rasa takut seperti siap menyambut dan menenggelamkanku dalam nelangsa.”

—Berlian Melody

____________________________________________________

____________________________________________________

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

 
Jakarta, 27 Oktober
Pukul 10.55

Aku mendengar suara rendah Jayden yang menjelma menjadi wartawan dadakan. Papa sebagai narasumber yang diwawancarai seolah-olah tidak ingin menunjukkan kepiawaiannya dalam merangkai kata membentuk kalimat jawaban. Malah, Papa tertawa geli lalu menyusun kalimat penyangkalan.

“Lagakmu udah kayak bapak-bapak nyeramahin anaknya yang bandel aja, Jay.”  Papa kemudian mencondongkan tubuh ke arahku sambil menowel lenganku. “Kamu lagi isi, ya, Mel? Makanya suamimu jadi ceriwis macem emak-emak nawar cabe yang harganya lagi naik di pasar.”

Mendengar perkataan itu, aku sontak mengudarakan tawa sambil menutupi mulut menggunakan satu tangan. Meskipun sebenarnya jantungku kobat-kabit karena Papa menyinggung-nyinggung tentang kehamilan. Kemudian aku meringis kaku sambil melirik Jayden sebagai isyarat meminta bantuan.

Kalau boleh diutarakan dan seandainya Papa tidak sedang masa penyembuhan, aku ingin membagi pikiran tentang penundaan kehamilanku. Bukan dengan Papa saja, melainkan keluargaku juga. Namun, tak bisa kupungkiri rasa takut seperti siap menyambut dan menenggelamkanku dalam nelangsa.

Bagaimana kalau orang-orang tidak sependapat dan kecewa? Mengingat biasanya keluarga—lebih-lebih para orang tua—selalu berharap cucu dari anak-anak mereka sesegera mungkin.

Teruntuk sementara ini, aku berusaha bersikap tenang dengan mengingat Kak Bella beberapa waktu lalu melahirkan bayi perempuan. Jadi, atensi orang tuaku beralih ke cucu pertama mereka. Tidak merongrongi aku dan Jayden perihal anak.

Yang tak kusangka, hal itu justru disinggung oleh mertuaku.

Aku tentu tidak mempermasalahkan hal tersebut. Namun, ini rumah tanggaku bersama Jayden. Kami-lah yang berhak menentukan. Lagi pula, siapa yang tidak ingin menikah lalu cepat-cepat mendapat momongan? Namun, bukankah setiap rumah tangga memiliki kisahnya sendiri?

MR. MAFIA AND I [REMAKE]Where stories live. Discover now