Chapter 30 [Jayden Wilder]

165 32 70
                                    

Selamat datang di chapter 30

Tinggalkan jejak dengan vote, komen atau benerin typo-typo meresahkaeun

Thanks

Happy reading everybody

Hopefully you will love this story like I do love Jayden and Melody

❤️❤️❤️

____________________________________________________

“Jangan balas dendam. Dendam tidak akan menyelesaikan masalah. Yang ada, justru memunculkan masalah baru.”

Allecio Michelle
____________________________________________________

—Allecio Michelle____________________________________________________

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Musim semi
Clifton Hampden, 2 April
Pukul 05.20

Papa tidak akan mati.

Aku sama sekali tidak ingin memercayai dokter spesialis jantung yang mengatakan prognosis Papa bisa segera henti napas selamanya apabila tidak mendapatkan donor jantung secepatnya.

Memang betul. Tidak ada yang bisa membantah hukum alam yang berbunyi: Tidak ada yang abadi di dunia ini. Namun, aku akan berusaha semampuku untuk memperpanjang umur Papa. Tak peduli urusan pekerjaanku jadi terbengkalai; ekspor-impor senjata api dan miras dari dan ke Skotlandia memang lancar. Berlainan dengan pengawasan kandidat consigliere yang harus ditunda beberapa bulan belakangan.

Kandidat-kandidat penasihat hukum klan Davidde yang tersebar di beberapa wilayah berbeda menjadi PR tersendiri. Banyak anggota klan yang dikerahkan untuk ini. Dan aku tidak akan puas bila tidak melihat kinerja anak-anak buahku serta kandidat-kandidat consigliere itu secara langsung. Sudah pernah kukatakan sebelumnya bahwa aku tidak bisa semudah itu percaya terhadap orang lain, kendati notabene orang terdekat. Lebih-lebih, itu orang lain.

Sebelum meninggalkan Melody bersama Jameka dan Mbak Mar, aku menjatuhkan ciuman di kening istriku agar ia tenang. Meski kami berdekatan, aku sedikit mengabaikan Melody sebab perkataan Papa di malam sebelum aku pergi ke pelabuhan Northumberland tidak henti-hentinya menghantam-hantam benakku.

Malam itu Papa berkata, “Jay, sejujurnya Papa udah tahu kamu itu sebenarnya MOB Boss klan Davidde. Mafioso.”

Tanpa Papa sadari, beliau telah membunuhku hidup-hidup detik itu juga. Maksudku, coba pikir, orang tua mana di dunia ini yang suka melihat anaknya menjadi kriminal? Dari roman beliau, aku juga menebak itulah yang dipikirkan Papa; tidak bangga sama sekali memiliki anak kriminal. Sayangnya, aku tidak bisa meninggalkan dunia yang kugeluti itu begitu saja. Banyak orang bergantung padaku.

Untuk menenangkan hati Papa, aku lantas menjawab sambil tersenyum geli. “Pa, jangan ngomong aneh-aneh. Mana ada yang kayak gitu? Papa sebaiknya tidur di kamar.”

MR. MAFIA AND I [REMAKE]Where stories live. Discover now