Chapter 32 [Berlian Melody]

67 14 0
                                    

Selamat datang di chapter 32

Tinggalkan jejak dengan vote, komen atau benerin typo-typo meresahkaeun

Thanks

Happy reading everybody

Hopefully you will love this story like I do love Jayden and Melody

❤️❤️❤️

____________________________________________________

“Pacaran dan berumah tangga itu sangat jauh berbeda. Tidak peduli seberapa lama kau berpacaran dengan seseorang, apabila kalian menikah, sifat-sifat asli pasangan masing-masing baru muncul.”

—Berlian Melody
____________________________________________________

—Berlian Melody____________________________________________________

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Musim semi
Clifton Hampden, 15 April
Pukul 07.10

Gelombang kejut begitu besar menerjangku ketika mendengar susunan kata yang merangkai kalimat kasar itu keluar dari mulut Jayden. Sekujur tubuhku berhenti bergerak karena mendadak kaku. Debar jantungku yang kencang rasanya menghantam-hantam gendang telingaku. Satu-satunya yang bisa kulakukan selain bertahan di posisiku, ialah mencoba tindakan lain dengan mendorong pikiranku bekerja memahami situasi.

Ini pasti efek kompilasi dari duka yang mendalam akibat kehilangan Papa dan hampir sebotol minuman keras yang ditenggak suamiku. Sehingga, ia bisa berkata demikian. Dalam dunia medis pun minuman beralkohol tinggi sudah terbukti akurat dapat mengambil alih kontrol otak si peminumnya.

Sejak Papa meninggal, Jayden memang berubah menjadi sosok yang jauh lebih pendiam ketimbang dulu. Tidak ada senyum yang tersungging di bibirnya. Padahal beberapa waktu belakangan ia sudah mulai terbiasa dengan kata-kata agak panjang dan humor-humor khasnya. Kadang-kadang, ia membagi perasaannya denganku dan itu membuatku merasa istimewa. Satu lagi, ia bahkan tak marah besar soal Umar.

Pasti saat ini merupakan masa paling sulit bagi Jayden untuk menerima keadaan dan tindakan paling mudah ialah menyalakan orang lain. Meski tidak sependapat dengan tindakannya, tetapi bukankah sudah sepatutnya aku bisa memakluminya?

Setelah Jayden pulih nanti, aku akan mencoba menenangkannya dengan cara perlahan dan penuh kehati-hatian.

“Baby, you’re drunk. I know you didn’t mean it,” ucapku dalam intonasi pelan yang sebenarnya diperuntukkan bagi diriku agar tidak memasukkan kata-kata kasar itu ke hati. Jangan sampai aku terpengaruh oleh ini.

Mencoba sekali lagi. Tanganku terulur meraih botol minuman keras di genggaman Jayden. Sayangnya, aku masih belum mendapat respons baik. Terulang kembali, pria berambut acak-acakan berkaus hitam bergambar tengkorak lusuh itu menepisku kasar. Akibatnya botol emas itu terlepas dari genggamannya dan terlempar ke lantai hingga pecah berkeping-keping. Minuman yang tinggal sedikit pun membasahi karpet.

MR. MAFIA AND I [REMAKE]Where stories live. Discover now