Chapter 24 [Jayden Wilder]

132 32 0
                                    

Selamat datang di chapter 24

Tinggalkan jejak dengan vote, komen atau benerin typo-typo meresahkaeun

Thanks

Happy reading everybody

Hopefully you will love this story like I do love Jayden and Melody

❤️❤️❤️

____________________________________________________

“Secara implisit, penawaran itu berbunyi: ambil atau kau siap melawanku dan seluruh anggota klan Davidde. Sesederhana itu.”

Jayden Wilder
____________________________________________________

—Jayden Wilder____________________________________________________

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jakarta, 27 Oktober
Pukul 11.02

Berminggu-minggu lalu, Brooklyn menjadi tempat bermufakat antara aku, Tito, Nicolo, dan Erlang Eclipster guna membahas kelanjutan rencana menggugat bedebah Cavez Donzalo. Kami berdiskusi panjang lebar. Memeras otak guna mencapai kesepakatan terbaik ditemani ahli hukum yang bekerja di startup Gemilang Plup and Paper di bawah pimpinan Erlang.

Pihak yang paling dirugikan memang aku secara pribadi. Soalnya biaya bea cukai pengiriman produk smart furniture dari Heratl yang dimanipulasi oleh klan pimpinan Cavez harus kubayar menggunakan uang pribadiku. Sedang apes saja, suatu kebetulan aku-lah yang memimpin Heratl pada masa itu.

Setelah dikaji lebih dalam, kami tidak bisa serta merta membawa tindak tanduk bedebah Cavez ke ranah hukum di Inggris atau di Indonesia sebab tidak ada cabang Heratl di Inggris. Heratl yang di ambang kebangkrutan dipersempit hingga hanya mencapai skala nasional, kendati pemasarannya hingga ke kancah internasional. Sedangkan hukum lintas negara biasanya seret. Negara tentu lebih mengutamakan meminimalisir penangkapan lintas negara dikarenakan melanggar prinsip kedaulatan negara. Lebih-lebih, negara yang bergabung dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa seperti Indonesia.

Jadi, mau tak mau aku diharuskan merelakan uang bea cukai yang jumlahnya tak sedikit itu. Tito pun membesar-besarkan hatiku bahwa itu lebih baik ketimbang mencari perkara di medan sulit. Toh, beberapa bisnis propertiku sudah jalan, walau belum balik modal. Meski demikian, bagaimana mungkin aku diharapkan ikhlas dengan semua perlakuan bedebah Cavez yang tidak lagi bisa ditoleransi oleh akal dan pikiran?

Diam-diam, aku masih mengidam-idamkan memasukkan Cavez ke kandang besi Max dalam keadaan telanjang bulat. Dengan kedua tangan, kedua kaki, dan leher terlihat rantai berduri. Kemudian secara perlahan-lahan akan kucelupkan kadang itu ke air mendidih agar ia meresapi sakitnya.

Aku juga masih membayangkan memotong kemaluan pria itu menggunakan gunting taman besar. Juga mencolok kedua matanya menggunakan jadgkommando kesayanganku. Jeritan-jeritan kesakitan bedebah itu yang akan sangat terdengar merdu sudah dinanti-nanti telingaku.

MR. MAFIA AND I [REMAKE]Where stories live. Discover now