Chapter 47 [Jayden Wilder]

68 13 2
                                    

Selamat datang di chapter 47

Tinggalkan jejak dengan vote, komen atau benerin typo-typo meresahkaeun

Thanks

Happy reading everybody

Hopefully you will love this story like I do love Jayden and Melody

❤️❤️❤️

____________________________________________________

Manusia diajari setiap hari untuk memberi dan menerima. Tapi sayangnya manusia selalu lupa untuk belajar menghargai.”

Tanpa Nama
____________________________________________________

—Tanpa Nama____________________________________________________

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Musim gugur
Bisley, 23 Oktober
Pukul 14.50

“Bajingan! Keparat! Tidak tahu terima kasih dan tidak tahu diuntung! Berani-beraninya dia mengajak istriku pergi!” Aku berapi-api sampai aksen British-ku jadi aneh.

Nicolo—yang untungnya tidak ikut eksekusi balas dendam sehingga masih bisa bebas berkeliaran—berjingkat dan kembali menunduk. Melalui ekor mata, bidang pandangku bisa melihat polisi yang bertugas menjaga kami sedikit terhenyak, tetapi tidak berkomentar atau melakukan tindakan lain. Ketika refleks menoleh ke samping, aku mendapati beberapa tahanan lain yang mengobrol dengan tamu mereka masing-masing menatapku kesal sambil memaki kasar. Sebagian kecil hanya mengembuskan napas sambil mencebik malas.

Mana aku peduli?

Otakku sekarang bagai disiram air mendidih karena dipenuhi oleh istriku dan Umar Al-Khareem. Seandainya aku sedang tidak menjadi tahanan sementara sampai kejaksaan menggelar persidangan kasusku dan aku dibebaskan, kupastikan mantan tunangan istriku itu lenyap dari muka bumi dengan tanganku sendiri.

Beberapa bulan lalu, aku berbaik hati mewujudkan cita-cita si pecundang itu menjadi dokter bedah dengan menawarinya beasiswa penuh di universitas Harvard. Selain sebagai bentuk ucapan terima kasih karena telah mengobatiku di insiden Hotel Four Season London, sebenarnya aku juga berencana menyingkirkan Umar dari hadapanku dan Melody. Aku muak mengetahui pria itu masih berada di sekitar kami kendatipun ia bekerja di London yang jaraknya lumayan jauh dari Summertown.

Bagiku, Umar laksana kuman yang harus dibasmi agar tidak menimbulkan penyakit. Terutama di rumah tanggaku dan Melody. Well, dengan benci aku mengakui tampangnya memang sangat menjual alias di atas rata-rata. Ditambah dengan profesi mulia bin mentereng seperti itu, aku ragu para wanita tidak kepincut dalam sekejap mata. Mengingat istriku pernah menjalin hubungan dengan pria itu, aku pun menjadi ketar-ketir.

MR. MAFIA AND I [REMAKE]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora