Chapter 40 [Jayden Wilder]

66 15 11
                                    

Selamat datang di chapter 40

Tinggalkan jejak dengan vote, komen atau benerin typo-typo meresahkaeun

Thanks

Happy reading everybody

Hopefully you will love this story like I do love Jayden and Melody

❤️❤️❤️


____________________________________________________

“Kau punya kuasa, kau bisa melakukan segalanya.”

—Jayden Wilder
____________________________________________________

—Jayden Wilder____________________________________________________

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Musim gugur
Summertown, 18 Oktober
Pukul 23.45

Ibaratnya seperti ini. Kau punya kuasa, kau bisa melakukan segalanya. Termasuk dalam waktu singkat dapat mendirikan gedung gagah bernama Diamond Bank di dekat pelabuhan Northampton, yang digunakan sebagai kedok penghasil uangku untuk menutupi penjualan senjata ilegal dan miras selundupan.

Selanjutnya, balik nama seluruh aset properti akhirnya juga selesai. Kinerja Salvatore Luciano memang cekatan dan patut diacungi dua jempol. Pria itu juga tidak banyak bicara. Bisa dibilang malah bicara seperlunya. Kata-katanya tertata rapi, runut, dan tidak bertele-tele sehingga membuat lawan bicaranya paham dengan maksudnya.

Berdasarkan pengintaian Liam selama beberapa bulan ini, latar belakang Salvatore cocok menjadi consegliere. Maka dari itu, aku meminta Liam untuk menawarinya posisi tersebut. Sayangnya kandidat paling unggul itu menolak dengan alasan masih ingin meniti karier dengan tangannya sendiri dan tidak ingin menjadi kubu siapa pun.

“Apa kita harus menggunakan cara lama?” tanya Liam melalui sambungan telepon nomor Spencter. Ia menghidupkan pelantang sehingga aku bisa mendengar Liam.

Perlu kau ketahui, sebagai seorang pemimpin, aku tak pernah berbicara melalui telepon secara langsung, kecuali dengan istri dan keluargaku. Itu kulakukan sebagai upaya preventif. Siapa tahu ada yang menyadap nomorku. Lebih-lebih di waktu rawan seperti ini. Aku tak ingin mengambil risiko.

Omong-omong, aku memang sudah memegang kartu As Salvatore. Namun, berhubung suka dengan pembawaannya yang memiliki prinsip layaknya pria sejati, aku jadi tak ingin melakukan cara kotor. Pria seperti itu amat langka. Lagi pula aku juga memiliki alasan lain.

Jadi aku menolak. Spencter sempat mengerutkan dahi, tetapi mewakiliku menjawab Liam. “Biarkan saja dia lolos.” Telepon ditutup, ia lantas bertanya, “Dia kandidat unggulan, Bos. Aku tak mengerti kenapa Anda tak mengejarnya.”

MR. MAFIA AND I [REMAKE]Where stories live. Discover now