Chapter 50 [Jayden Wilder]

80 14 0
                                    

Selamat datang di chapter 50

Tinggalkan jejak dengan vote, komen atau benerin typo-typo meresahkaeun

Thanks

Happy reading everybody

Hopefully you will love this story like I do love Jayden and Melody

❤️❤️❤️

____________________________________________________

“Apalah arti semua itu bila aku tidak bisa mendapatkan hati istriku?”

Jayden Wilder
____________________________________________________

—Jayden Wilder____________________________________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Musim gugur
Bisley, 24 Oktober
Pukul 07.40

Kata Melody, aku monster mengerikan dan kejam. Ia berteriak lebih baik keguguran daripada bayinya—alias bayi kami—hidup dan memiliki ayah pengintimidasi, pemeras bak tiran, penyiksa, dan pembunuh keji seperti diriku.

Kata-kata yang menyusun sederet kalimat Melody tersebut menancap erat di hatiku dan melekat kuat dalam ingatanku. Energiku makin surut sewaktu duduk di ranjang sel tahananku setelah mendengar pintu baja di sampingku ditutup dan dikunci petugas polisi.

Aku menumpu kedua siku di lutut. Jari-jemariku lantas saling bertautan. Pandanganku tertuju pada layar televisi yang padam di depanku. Bayangan hitamnya memantulkan cerminan diriku. Rambutku terlihat sangat lepek dan berantakan. Pelipis serta sudut bibir kananku sobek. Luka-lukanya sudah mengering dan hampir sembuh total. Punggung tanganku pun penuh kapal sampai warnanya menghitam. Kendati kedua pergelangan tanganku sudah tidak diborgol, tetapi aku mengenakan kaus biru dongker lengan pendek dan celana panjang warna senada yang menandakan bahwa aku adalah tahanan khusus.

Semestinya penghangat di ruangan yang belum menyala bisa membuatku menggigil. Pada kenyataannya aku tidak bisa merasakan apa pun kecuali rasa sakit di hatiku. Sebab aku menyadari Melody tidak menginginkan diriku seperti ini. Lebih tepatnya, ia tidak menginginkan aku. Yah, siapa pun pasti tidak menginginkan pasangan mereka adalah tahanan.

Aku memang masih sangat mencintai wanita penggemar warna kuning dan hobi menggiti kuku itu. Kurasa selamanya akan tetap seperti itu. Selayaknya janji yang kuucapkan sungguh-sungguh di hari pernikahan kami. Namun, apabila bentuk cintaku ini bak tali yang mengikat dan mengekang Melody kuat-kuat hingga taraf menyakiti dan begitu membuatnya menderita, meski tidak rela, tetapi apa lagi yang dapat kulakukan selain membebaskannya?

Denyut di dadaku semakin bertambah perih kala mengingat semua fragmen hidupku bersama Melody. Mulai dari pertama kali aku berjumpa dengannya bertahun-tahun lalu dan senyum melekuk di bibirku dengan sendirinya. Kemudian, senyum itu surut seketika tatkala ingatanku mencapai pertengkaran kami barusan.

MR. MAFIA AND I [REMAKE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang