WARNING 21+
DARK ROMANCE
Je-Me SERIES 3
BISA DIBACA TERPISAH.
NAMUN, ALANGKAH BAIKNYA DIBACA BERURUTAN MULAI DARI:
1. BAD BOY IN THE MASK
2. JAYDEN
3. MR. MAFIA AND I
Menjadi istri Jayden Wilder tidaklah mudah. Berlian Melody merasa pria itu tidak s...
“Since I can’t be with you right now, I will have to be content just dreaming about when we will be together again.”
—Susan Polis Schutz ____________________________________________________
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Musim gugur Bisley, 30 Oktober Pukul 15.03
Dari sekian banyak teman, partner kerja, dan keluarga yang kumiliki, tak ada satu pun di antara mereka yang mau membantuku keluar dari sini. Bukan keluar untuk sementara. Melainkan bebas tanpa tuntutan selama-lamanya.
Semangat untuk bebas yang semula menyala-nyala dalam diriku bagai letupan-letupan kembang api di langit tahun baru pin perlahan-lahan redup sampai padam sepenuhnya. Nyaris setiap hari penyidik mendatangiku untuk melakukan pemeriksaan dan menanyaiku macam-cama. Berhubung masih bungkam dan dianggap tidak kooperatif, mereka mengatakan tentang undang-undang pasal tersebut. Aku tak peduli.
Negara akhirnya memberiku pengacara, tetapi sama saja. Pria agak tua itu tidak mendapatkan secuil pun informasi dariku. Akhirnya ia menyerah dan aku kembali sendirian. Nicolo dan Dahlia bergantian mengunjungiku untuk melaporkan perkembangan yang ada. Dan itu tidak banyak, bahkan nyaris tidak ada yang berkembang. Malah kurasa makin buruk. Maka dari itu aku mengatakan pada mereka untuk berhenti mengunjungiku apabila tidak ada berita penting atau progresif.
Pada suatu pagi ketika aku baru kembali ke kamar setelah mengambil sarapan, seorang sipir mengatakan, “Ada seseorang yang ingin menemuimu.”
Mungkin itu Nicolo atau Dahlia. Mungkin mereka datang membawa berita baik. Maka, kuletalkan sarapanku dan segera mengikuti sipir ke ruang kunjungan tahanan. Kemudian baru saja aku keluar dari pintu penghubung gedung ke ruangan tersebut, tahu-tahu kakak perempuanku maju dan menampar pipiku.
“Berengsel lo, Jay!”
“Kak ....”
Wajah Jameka Michelle memang sedatar papan setrika. Namun, aku bisa melihat tubuhnya bergetar dan matanya berkaca-kaca. Meskipun aku penasaran bagaimana bisa Jameka ada di sini dan tidak adanya laporan dari Tito, tetapi aku tidak bisa memfokuskan pikiranku ke hal tersebut. Sebab tahu-tahu hatiku sakit sekali. Terutama melihat kakak perempuanku saat ini.