Chapter 2 [Jayden Wilder]

702 78 40
                                    

Selamat datang di chapter 2

Tinggalkan jejak dengan vote, komen atau benerin typo-typo meresahkaeun gaes

Thanks

Happy reading everybody

Hopefully you will love this story like I do love Jayden and Melody

❤️❤️❤️

____________________________________________________

Selamat! Kamu terperangkap denganku selamanya.”

—Tanpa Nama

____________________________________________________
 

____________________________________________________ 

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Musim panas
Oxford, 21 Mei
Pukul 06.02

Aku mendengkus sambil mengusap wajah kasar. Sebaiknya aku mengurus ini sebelum pikiranku bertambah ngawur. Jadi, aku pun melempar pandangan ke sekitar. Mencari-cari suatu benda.

“Di mana remotnya?” tanyaku lantaran tidak menemukannya.

“Remot apa?” Dari keningnya yang berkerut samar, Melody jelas bingung.

Omong-omong, aku lega kukunya sudah tidak beradu dengan gigi terawatnya. Kendati aku ragu bentuknya masih bagus, tidak bocel-bocel.

 “Remot robot vacum cleaner?” tanyaku masih sambil celingukan seperti kipas angin.

“Oh, itu … hehe ….”

Mendengar ringisan yang terakit di wajah manis istriku ditarik lebih lebar, perasaanku kontan tidak enak. Oh! Tidak! Jangan katakan itu seperti yang kupikirkan wahai istriku yang paling cantik dan manis sedunia!

“Remotnya jatuh. Ada HP-ku juga di sana.”

Penuturan Melody membuatku memandang nanar remot yang berenang di genangan air panas bersama ponsel miliknya di lantai. Buih-buih putih telur yang pecah membuat alat komunikasi itu layaknya mandi busa sabun. Komponen-komponen itu mengisyaratkan perasaan dan perkiraanku tidak keliru. Sepertinya aku punya bakat jadi dukun karena bisa menerka hal itu.

Kenapa aku jadi mendadak sakti begini?

 “Astaga,” gumamku sambil memejamkan mata secara perlahan dan untuk kesekian kalinya membuang karbon dioksida melalui napas berat. Seberat pagi hariku saat ini. “Ya udah,” tukasku lemas, “tolong kamu tenangin Max aja. Urusan dapur biar aku bersihin. Lain kali nggak usah masak lagi, Baby.”

“Tapi, aku pengin bantuin kamu bersihin itu.”

“Bantu aku buat nenangin Max aja. Anjing kita berisik banget.” Kepalaku bisa pecah pagi-pagi sudah ribut-ribut seperti ini. Terlebih, ribut karena istriku tidak bisa memasak telur rebus.

MR. MAFIA AND I [REMAKE]Where stories live. Discover now