Chapter 49

594 154 25
                                    

Guys!!!
Yang main Fizzo juga, mampirin aku dong 🥲🥲 aku butuh 600 tayangan nih. Ceritanya bagus juga kok. Siapa tahu betah.


***

“Nona, tolong selamatkan saya.”

Terra menghela napas sambil menatap Vanilla yang tertidur di kasurnya. Terlalu banyak hal yang terjadi malam ini sampai-sampai membuat Terra tidak bisa tidur.

Terra hanya tidak bisa berpikir dengan jernih saat tiba-tiba Vanilla masuk ke kamarnya sesaat setelah Jeni pergi. Wanita ini membawa sesuatu untuk Terra di kedua tangannya. Demi Reid, ia tahu benda yang ada di tangan Vanilla bahkan sebelum melihatnya. Terra tahu hanya dari aromanya yang samar-samar.

Setelah lepas dari jeratan narkoba setelah lolos masa remaja, Terra sendiri jadi tertarik dengan hal-hal yang mematikan. Seperti kata kakaknya. Di dunia ini ada banyak herbal yang bisa jadi obat. Namun, ada banyak juga yang bisa membunuh orang lain. Termasuk yang dulu sering Terra konsumsi. Kata Penell, efek dari obat-obatan yang Terra konsumsi itu memang menenangkan, tetapi lambat laun akan mengikis mentalnya.

Dari itu lah Terra tertarik dengan racun agar bisa mengenali sesuatu yang dapat membahayakan dirinya. Apalagi Penell sudah memutuskan untuk pindah sepenuhnya ke ibu kota karena pekerjaan. Pria itu tidak sepenuhnya bisa mengontrol Terra.

Terra mengangkat tangan kanannya, melihat botol kaca kecil yang diberikan Vanilla. Kemudian menghela napas lagi. Ia melirik Vanilla yang tertidur karena kelelahan dengan sisa jejak air mata di wajahnya.

Pasti sangat berat dan sangat sulit untuk menentukan ingin berlindung pada siapa. Awalnya Terra pikir kalau Vanilla sedang setengah mati memanipulasinya dan Ercher untuk percaya bahwa wanita itu orang baik, kemudian mengambil kesempatan untuk melakukan sesuatu. Namun, setelah melihat Vanilla datang sambil membawa racun kepada Terra, barulah ia yakin kalau rupanya anak ini sudah memilih siapa tuannya.

Kalau masalah perjodohan ini selesai, mungkin Terra harus bertanya apa keinginan Vanilla, lalu meminta ayahnya untuk mengabulkan.

“Apa kau bisa mati hanya karena minum racun?” tanya Terra sambil terus menatap wajah Vanilla. “Ercher.”

“Tidak,” jawab Ercher.

Terra berbalik. Ia tahu kalau Ercher baru saja muncul di belakangnya. Pasti pria itu tahu apa yang sedang Terra lakukan. Buktinya saja dia bisa muncul di hadapan Philips tanpa tahu kalau Terra pergi menemui ayahnya itu.

“Kau tidak tidur?” tanya Terra. Ia berdiri untuk menghampiri Ercher. Berjalan melewati pria itu untuk duduk di sofa.

“Kakak masih bangun.”

“Mana White?”

“Menjaga Pru,” jawab Ercher yang kemudian menyusul untuk duduk. Rupanya Ercher meninggalkan White di paviliun untuk menjaga ketiga ikannya. Pria ini tidak mengenali situasi genting.

The Baron's Heart (Tamat)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora