Chapter 3

927 209 72
                                    

Hallo, guys.
Selamat berpuasa bagi yang menjalankan 🤗🤗
Di pengumuman aku sempat bilang kalo akan usaha update Ercher di bulan puasa ini. Semoga bisa 🤣🤣 soalnya harus nyelesain naskah yang juga panjangnya nggak ngotak. Wkwkwk

Tapi nih, lebih suka update siang atau malam? Butuh saran nih.

Thanks.
Selamat membaca semuanya 🤗🤗

***

Terra memberikan isyarat lambaian tangan pada Jeni, mengendap-endap untuk bisa mendekat ke lorong di mana ruang kerja Baron Keir berada. “Iya ‘kan? Kenapa Baron berteriak seperti itu? Bisa cepat mati kalau kena serangan jantung.”

“Nona, sebaiknya Anda menjaga ucapan,” tegur Jeni yang ternyata juga ikut mengendap-endap di belakang Terra. Walau berkata seperti itu, Jeni juga penasaran. Di kediaman Bellidona jarang sekali ada keributan.

Jadi, tidak masalah untuk menonton kerusuhan sesekali, bukan?

“Apa putra bungsu Baron sudah tiba?” gumam Jeni. “Katanya hubungan keluarga ini dan anak ketiga tidak baik.”

Terra dengan kening berkerut menatap Jeni sebentar, kemudian kembali melihat pada ruangan yang pintunya terbuka itu. “Aku tidak pernah dengar hal semacam itu.”

“Ya, Anda kan tidak pernah mau mendengar gosip. Lagi pula, memangnya ada seorang pelayan yang mau bergosip dengan orang yang dilayaninya?”

“Bukannya itu kau?” celetuk Terra.

“Ya, kalau saya kan memang agak berbeda dengan pelayan lain. Tapi dibanding saya, dayang resmi Yang Mulia Putri jauh lebih menyeramkan.”

“Maksudmu Baroness Anne.”

Jeni mengedikkan bahu yang artinya benar.

“Sudah diamlah, aku jadi melewatkan banyak percakapan,” kata Terra sambil mengibaskan tangan.

Baru saja Terra ingin kembali melihat ke pintu itu, seorang pria berpakaian kesatria dengan panji merah keluar dari ruangan kerja baron. Terra tercekat dan menutup mulutnya agar tidak beteriak melihat pria yang baru saja keluar diikuti kepala pelayan.

Orang yang kemarin ditemuinya di pusat wilayah. Jelas sekali. Terra masih sangat ingat pakaian kesatria orang itu. Bahkan rambut biru terangnya yang mencolok seperti permen kapas itu.

“Nona?” panggil Jeni. Merasa tidak ada jawaban wanita itu ikut melihat ke arah pandangan Terra. “Loh, bukannya itu orang yang kemarin?”

Terra menoleh. “Iya ‘kan? Dia kesatria yang menolong White. Aku tidak salah lihat.”

“Tapi … apa yang dilakukannya di sini? Apa jangan-jangan ….”

Terra dan Jeni saling tatap. Kemudian saling tunjuk dengan mulut ternganga. “Pengawal pribadi Yang Mulia Putri!”

***


Ercher mendorong pintu ruang makan. Setelah diantarkan oleh Obanet ke kamarnya tadi siang, ia tidak keluar lagi dan mengurung diri di kamar. Niatnya bukan mengurung diri. Tetapi ia berkali-kali mengeluarkan lingkaran sihir untuk teleportasi. Seandainya ia kembali ke istana sekarang, apakah Raeliana akan marah?

Ercher bisa teleportasi. Namun, karena jarak yang jauh, itu bisa menguras semua kekuatan sihir Ercher. Butuh waktu lama untuk memulihkannya. Makanya ia tidak menggunakan teleportasi untuk kembali ke Monsecc. Padahal Pendeta Xain sudah menawarinya untuk memakai gerbang teleportasi katedral.

Ternyata kakek itu bukan orang yang peka. Ercher sengaja membawa Potas untuk mengulur waktu sampai ke Monsecc, pria itu malah menawarinya jalan instan. Pantas saja Yang Mulia Putri sering mengutuknya.

The Baron's Heart (Tamat)Where stories live. Discover now