Chapter 4

956 193 8
                                    

Updatenya slow sekali 😭😭
Maaf, ya semuanya.
Bukan maksud mau menelantarkan Ercher. Hanya aja kondisi buat nulisin anak ini tuh lagi terhambat. Ditambah, taukan Ercher manusia tanpa emosi, yang nyaris gk tau bedain perasaan manusia?
Gambarin anak ini hidup sendirian tanpa perantara kek Raeli-Ein dan temen-temennya tuh susah banget. Aku harus berpegang satu-satunya sama Terra.

Masalahnya si Terra belum ngasih sepenuhnya hati ke aku. Jdinya agak susah. Mohon dimaklumi ya. Padahal udah janji mau update bulan puasa 😭😭 aku harap kalian mengerti. Semoga setelah beres projekku yang di FIZZO (QUEEN, MEET LOVE), aku bisa langsung gas Ercher sampe tamat. Jdi tinggal posting² aja. Baru setelah itu mau projek di tempat baru lagi.

Kuharap teman-teman semua bisa maklum yaa 😭😭
Selamat membaca yang nggak seberapa ini.

***

Terra akhirnya memutuskan untuk pergi sendiri mencari Ercher karena Jeni yang tidak kunjung datang. Entah apa yang dilakukan wanita itu. Dia tidak mungkin memasangkan gaun dulu pada White. Tanpa disangka-sangka saat ingin keluar ke taman, Terra melihat Ercher yang berjalan ke arah belakang tempat yang katanya paviliun itu.

Tanpa berpikir panjang Terra mengikutinya. Lalu sampailah pada sebuah pondok kecil. Ternyata di kediaman baron ada tempat seperti ini. Dari balik paviliun Terra mengawasi Ercher yang sesaat masih berdiri ragu di depan pondok itu. Kemudian pria itu masuk. Selang beberapa detik kemudian, pondok itu bercahaya.

Terra berlari kecil ke arah pondok dan mendapati Ercher berdiri di tengah ruangan itu, menatap sinar lilin di atas meja.

“Ternyata ada tempat seperti ini, ya,” kata Terra.

Ercher berbalik dan mengangguk.

Bagi Terra, Ercher punya respons yang unik. Padahal sebelumnya mereka pernah bertemu, tetapi pria itu malah tidak terkejut mendapati Terra di meja makan rumahnya. Bahkan sekarang, untuk orang yang diikuti, Ercher sama sekali tidak merasa kaget.

Apa karena Ercher itu kesatria?

“Kita bertemu lagi, Sir,” kata Terra sambil menghampiri Ercher. “Saya belum tahu nama Anda.”

“Ercher,” balas Ercher yang kemudian menarik kursi kayu di kolong meja itu dan duduk.

“Anda tidak makan malam dengan benar. Apa sekarang Anda tidak lapar?” tanya Terra sambil menarik kursi dan duduk berhadapan dengan Ercher. Pria ini tampan. Terra menyukai wajahnya juga selain postur tubuh yang dikatakan oleh Jeni sangat bagus tempo hari itu.

Ercher menggeleng. Ia tidak punya selera makan begitu melihat makan di meja itu. Kenangan masa kecilnya masih berayun bagai pohon-pohon dengan daun lebat dan hijau. Kenangan menyeramkan saat Ercher tinggal di Monsecc itu masih terasa. Bagaimana mungkin ia bisa makan dengan lahap?

Terra mengangkat kepala, menatap seisi pondok yang hanya teradapat dipan kayu dan meja di tengah ruangan ini. “Ini tempat apa?”

Haruskan Ercher menjawabnya? Tetapi ia tidak mau menjawab ucapan Terra. Baginya tidak penting. Wanita ini tamu dari baron, Ercher tidak berkewajiban untuk mengobrol dengannya.

“Seseorang pernah tinggal di sini, Sir?”

Ercher mengangguk. Dulu ada seorang kakek baik yang tinggal di pondok itu. Orang yang biasa Ercher kunjungi tengah malam. Kakek yang mendapatkan perlakuan sama seperti Ercher kecil.

“Maaf saya menganggu, jika Anda tidak mau, saya bisa pergi sekarang.” Terra berdiri dari duduknya.

“Kakek penjaga istal pernah tinggal di sini,” kata Ercher kemudian.

The Baron's Heart (Tamat)Where stories live. Discover now