Chapter 2

1K 224 39
                                    

Hallo....
Ada yang capek nggak sih nungguin aku update Ercher? Banyak, ya?

Terima kasih untuk yang setia stay di sini. Terima kasih juga untuk yang sekadar mampir, lalu pergi.

Di sini aku dalam keadaan kacau berharap kalian semua bisa bahagia. Meski mungkin ada cerita yang lebih bagus dari Easter Series, kuharap ceritaku bisa mengobati sedikit lelah harimu.

Aku janji, walau sekacau apa pun, seberat apa pun. Aku akan berusaha menyelesaikan Easter series sampai benar-benar selesai. Mohon bersabar dan tolong tetap temani aku.

Selamat membaca ....

***

Ercher berhenti di depan sebuah penginapan, mendongak untuk melihat papan nama dari tempat itu. Kebetulan sekali ia mendengar kalau tempat ini ada istal kuda. Jadi, selagi menginap Ercher bisa menitipkan kudanya.

Untuk beberapa saat Ercher ragu untuk masuk. Padahal pangeran bilang untuk segera pulang begitu sampai di pusat wilayah. Sekarang kenapa Ercher malah datang ke penginapan?

Jawabannya sudah ada sejak Ercher meninggalkan Monsecc 13 tahun yang lalu. Ia sudah tidak mau lagi kembali ke Monsecc. Ia bahkan sudah mencoba bilang pada kaisar agar melepaskan nama Sillabent darinya, tetapi kaisar tidak memahaminya. Lebih tepatnya pura-pura tidak memahami.

Kastel Sillabent itu sejak kecil sudah seperti neraka bagi Ercher. Setelah sekian lama hidup dengan baik di ibu kota, walaupun tempat itu juga tidak layak dikatakan surga, tetapi Monsecc adalah neraka yang benar-benar tidak mau Ercher datangi.

Pada akhirnya Ercher menitipkan kudanya pada si penjaga penginapan di pintu depan, lalu masuk. Mungkin bermalam satu hari tidak masalah. Lagi pula, kalau sudah sampai ke rumah, ia hanya akan diam saja. Hidup seperti orang mati. Selagi berada di luar Ercher harus menikmati waktunya.

"Ada yang bisa dibantu, Sir?" tanya wanita yang berada di balik meja pendaftaran. Wanita itu menatap Ercher dan menelisiknya sebelum menyeruhkan panggilan. "Berapa lama Anda akan bermalam?"

"Semalam," jawab Ercher.

Wanita itu kemudian memeriksa kamar kosong melalui buku yang ada di depannya. "Anda membutuhkan istal?"

Ercher mengangguk. Karena Potas juga butuh tempat untuk tidur dan makan.

"Bisa Anda sebutkan nama Anda, Sir?"

"Ercher."

"Ercher saja?" Wanita itu mengerutkan kening. Namun, menulis nama setelah melihat Ercher mengangguk. "Baiklah. Apa mau saya antar?"

Ercher menggeleng. "Saya akan cari sendiri."

"Baiklah." Wanita itu menyerahkan kunci berbandul nomor sebuah pintu. "Semoga istirahat Anda nyaman, Sir."

Ercher mengangguk. Kemudian tidak sengaja melihat ke jendela besar tidak jauh dari meja pendaftaran. Ternyata jendela itu menghadap langsung pada bangunan kastel Baron Monsecc. Jelas sekali tempat itu tidak berubah, bahkan atap kastel itu masih sama birunya seperti masa lalu.

Sama seperti atapnya yang tidak pernah berubah, orang-orang di dalam sana juga pasti sama. Jill, Pheliod, nyonya baroness atau bahkan mungkin ayahnya, Keir Sillabent. Apa mereka akan memperlakukan Ercher sama seperti dulu? Alangkah lebih baiknya begitu.

Dibanding sesat berada di rumah utama, Ercher lebih menyukai tinggal di paviliun, walaupun tempat itu penuh kenangan buruk. Rumah itu kan tempat di mana Ercher tidak akan didengarkan, bukankah sudah pilihan baik untuk tinggal di paviliun saja?

The Baron's Heart (Tamat)Where stories live. Discover now