Chapter 14

607 152 8
                                    

Hellow Eperiwan 🤗🤗
Sorwi banget ya apdetnya malem 🤣🤣
Sengaja sih.
Cuma mau kasih tau nih. Ke depannya mungkin akan ada banyak update (lebih dari 1 chapter). Soalnya aku pengen cepat-cepat tamatin Ercher dan istirahat sejenak dari "Easter Series" karena mungkin kalian bosan bacanya 🤣🤣

Dan yah, aku pengen garap si Jade-Azura (judul: Emperor Contract). Udah lama banget. Padahal mereka seletingannya Ein-Raeli. Tapi sampe sekarang baru 9 chapter. Sedih kan 😏😏

Yaudah ya. Segitu aja.
Bagi yang tanya buku Ein season 1, sekarang lagi open PO sampe tanggal 25 Juni 2022 terkhusus 6 slot.

Selamat membaca.

***

Ercher membuka mata dalam kamar gelap yang hanya masuk sedikit cahaya bulan dari jendela bertirai tipis. Kamar itu jadi remang-remang. Tanpa sadar setelah meninggalkan pondok, Ercher masuk ke paviliun di mana ia tinggal saat masih kecil. Saat merebahkan tubuh ke tempat tidur, ia langsung jatuh tertidur.

Ercher yang duduk di pinggiran kasur melihat penjuru kamar. Jendela besar yang langsung menghadap ke lapangan latihan itu menjadi saksi bahwa setiap hari ia menyaksikan Jill, Pheliod, dan baroness sarapan di lapangan latihan, melihat kedua kakaknya itu latihan pedang.

Ercher menarik napas, kemudian berdiri dan berjalan beberapa langkah menjauhi tempat tidur. Berdiri tak jauh dari jendela. Posisi ini ....

Benar. Sekarang Ercher berdiri persis seperti Ercher yang berusia 8 tahun saat melihat satu-satunya orang yang peduli terhadapnya mati karena dibunuh. Selangkah dari ujung kakinya seolah terlihat jasad yang bersimbah darah. Di depannya ada Keir yang berdiri dengan wajah bengis seolah akan membunuh Ercher juga karena tidak puas dengan apa yang baru saja dilakukannya.

Akan tetapi entah kenapa Keir tidak melakukannya. Pria itu hanya mengurung Ercher berhari-hari tanpa makanan dan hanya diberikan air putih saja. Sampai akhirnya Pangeran Ein dan Kaisar Iberich muncul.

Tangan kiri Ercher mengenggam gagang pedangnya yang memang tidak dilepas saat ia jatuh tertidur. Ia bahkan masih memakai pakaian yang sama. Kemeja putih santai dan celana hitam. Setelan biasa saat latihan. Ercher nyaman memakainya.

Ercher memejamkan matanya sejenak karena menolak mengingat masa pahitnya. Ia langsung berbalik ke jendela dan menyibak sedikit tirai dan melihat semburat kemerahan di langit. Sepertinya sudah fajar. Ercher akan keluar saja untuk latihan sebelum latihan pagi kesatria Sillabent dimulai.

***


Jeni menghela napas melihat Terra yang memegang handuk untuk mengompres matanya yang membengkak karena menangis nyaris semalaman setelah kembali dari luar. Jeni tidak tahu kalau ada kejadian seperti itu. ia tidak tahu kalau Terra akan dihadang oleh Jill dan ibunya sehingga tidak bisa menemui Ercher. Kalau saja Jeni tahu ia bisa menyampaikan pesan pada Ercher.

Jeni hanya mengikuti perintah Terra untuk tetap berada di kamar sampai wanita itu kembali. Maka dari itu Jeni menunggu di kamar sambil memeluk White di pangkuan. Tanpa disangka bahwa ia ketiduran sambil duduk bersama White. Jeni baru terbangun ketika Terra masuk sambil menangis dan melempar alat menggambarnya di lantai.

"Anda bisa menutupinya dengan riasan, Nona," kata Jeni sambil membawa mangkuk air menjauh dari Terra.

"Tapi bengkaknya seperti ini." Terra menunjukkan wajahnya pada Jeni.

"Ekhem!" Jeni berdehem sambil mengepalkan tinju di depan mulutnya untuk menahan tawa karena wajah Terra. Mata wanita itu benar-benar menghilang tertutup kelopak mata yang membengkak. "Anda kan bisa minta maaf pada Sir Ercher dan menjelaskan situasinya."

The Baron's Heart (Tamat)Where stories live. Discover now